Sabtu, 18 Juli 2009

Guru BK

Cerita ini berawal ketika aku memasuki bulan kedua kelas II di sebuah SLTP N di daerah Jateng. Sebut saja aku Bujang, aku adik dua bersaudara lahir dari keturunan Sumatera – Jawa. Dari keisengan ku sering memakai sepatu warna putih (di SLTP ku sepatu harus warna hitam), aku sempat mau berkelahi dengan Guru BK ku gara-gara sepatu putihku hadiah ulang tahunku harus dicat warna hitam.

Kakakku adalah seorang preman di kotaku, jadi aku sedikit banyak menjadi anak yang cenderung nakal. Suatu hari aku datangi guru BK ku kerumahnya, sampai dirumah ternyata guruku sedang tidak di rumah, dan hanya istrinya yang berada di rumah. Aku katakan maksudku, minta ganti rugi atas sepatu baruku. Dengan berlinang air mata ternyata guruku sedang tertimpa musibah, orangtuanya sakit dan harus dioperasi dengan biaya banyak. Dia mau melakukan apa saja asal aku tidak minta ganti. Aku cium pipinya beberapa kali dan aku tinggalkan dia.

Dua tahun kemudian aku lulus dan melanjutkan sekolah ke SMA di Jateng. Tak disangka istri guruku yang dulu pernah aku cium, ternyata mengajar di SMA itu. Pada saat pendaftaran aku langsung dipanggil masuk ke kantor, aku tak tahu ada apa, aku hanya menurut saja.

“Masuk.. tidak usah sungkan-sungkan” katanya seraya menyilahkan aku duduk.
“Makasih..” jawabku sekenanya.
“Nanti aku tunggu di rumah jam 3 sore, kamu boleh pergi” katanya singkat.

Aku keluar ruangan dengan pikiran tak menentu, ada apa sebenarnya. Aku jadi agak takut juga. Sampai dirumahnya, aku hampir jam empat. Aku ketuk pintu dan dan saya tunggu sambil duduk di teras rumah.

“Masuk.. tidak dikunci” jawabnya dari dalam, ternyata dia sudah tahu yang datang aku.
“Kenapa terlambat, aku sudah hampir tak tahan nih !”, jawabnya sambil menyilakan aku duduk di kursi tamunya.

Aku terkejut melihat apa yang aku hadapi, ternyata dia tidak memakai pakaian bawahnya hanya memakai kaos tanpa lengan dan sudah mulai memainkan “sesuatunya” dengan vibrator/atau apa namanya aku kurang tahu. Sambil terus memasukkan dan mengeluarkan alat itu sambil terus mendesah-desah. Aku jadi bingung harus berbuat apa, baru aku mau berbalik keluar tanganku sudah dipegangnya.

“Berani keluar, aku akan berteriak” ancamnya pelan namun pasti.
“Mau ibu apa”, jawabku kaku, tak tahu harus bagaimana. Baru sekali ini aku menghadapi seorang perempuan setengah telanjang.

Belum sempat aku berpikir banyak, ditariknya tanganku menuju kamarnya. Seluruh pakaiannya dia buka, dan dalam keadaan telanjang bulat aku disuruhnya mempermainkan “barangnya”. Dengan agak takut-takut aku pegang miliknya, aku mainkan dengan jariku. “Ssss... ssss... hhhh” hanya itu yang keluar dari mulutnya. Tak puas dengan tangaku, dia minta aku menjilatinya, aku tolak tapi dia mengancam akan berteriak. Terpaksa dengan agak sedikit perlahan aku dekatkan mukaku, terlihat “sesuatu yang aneh” di usiaku yang ke 17 tahun lebih (aku beberapa kali tidak naik kelas) aku baru sekali ini aku melihat “mm” dari dekat (karena aku termasuk orang yang acuh terhadap perempuan, aku lebih banyak mengkonsumsi obat-obatan daripada perempuan), bau tidak wajar antara enak dan tidak enak langsung tercium, aku sampai mau muntah. Belum sempat mulutku sampai di “barangnya” didorongnya kepalaku dengan dua tangannya, tak bisa mengelak mulutku langsung beradu dengan memeknya. “Ssss... Ssss.. hhhh.” Lagi-lagi yang terdengar hanya desahnya.

“Ayo jilatin, kalau tidak awas kamu”, ancamnya lagi.
Aku hanya bisa menurutinya. Tidak puas dengan itu, dengan disertai ancaman aku disuruhnya tidur terlentang, dia bangkit, dan tahu-tahu duduk dimukaku. Dia gesek-gesekkan memeknya dimukaku dan dimulutku. Sampai beberapa lama sampai aku sulit untuk bernafas, tak sampai lima menit dia sudah mengerang tanda selesai, wajahku jadi basah semua, dan dengan bau yang tidak enak. Dia bangun aku langsung bangun, duduk dipinggir tempat tidur dan langsung muntah-muntah. Keluar semua isi diperutku, termasuk minuman yang aku minum tadi.
“Maaf, aku kurang kontrol tadi” katanya sambil memijit-mijit belakang leherku.
“Sudahlah.. aku mau ke kamar mandi dulu cuci muka”, kataku pelan sambil meninggalkannya duduk sendiri di tempat tidur. Baru sekali ini aku muntah-muntah merasakan sesuatu yang tidak enak dan asing.

Keluar dari kamar mandi, aku sudah disambutnya dengan tawanya. Manis juga pikirku, tapi ini calon guruku. Belum sempat aku berpikir jauh dia sudah memegang celanaku.
“Sudah siap..” katanya.
“Siap apa..”, kataku pelan.
“Masak tidak pernah, atau mungkin pernah menonton” katanya lagi, sambil membuka semua pakaianku.
Aku jadi malu, dan mau lari saja rasanya. Tapi dia terus main ancam.

Tak berapa lama aku sudah dalam keadaan telanjang bulat, dan dengan sigap dia sudah memegang senjataku dan siap dimasukkan dimulutnya. Dia jilat, dikulum sampai aku hanya bisa mendesah. Pelan-pelan senjataku bangkit. Baru aku tahu rasanya enak, pantas dia juga tadi minta digitukan.
“Sssss ahhhh sssss ahhhhhh” hanya itu yang bisa keluar dari mulutku, sambil tanganku memegang kepalanya, agar tidak dilepaskan isapannya. Kurang dari tiga menit terasa ada yang mau keluar dari mulutku, ssssss..ahhhhhhh, dan cret... cret..., beberapa kali airku keluar di mulutnya.
“Baru kali ini ya, kok sebentar sudah keluar, belum digoyang”, candanya tanpa malu-malu. “Biasa untuk pertama kali, tapi nanti akan kuat juga lama kelamaan”, terangnya sambil memelukku.
“Yya..” aku hanya bisa mengangguk pelan.

Dituntunnya aku ke kamar mandi, dibersihkannya senjataku, perlahan-lahan dengan teliti. Terus kami ngobrol di kamarnya masih dalam keadaan telanjang bulat, tapi tubuh kami dibalut selimut. Tak terasa kami ketiduran, dan bangun sudah malam sekitar jam setengah sembilan. Belum sempat aku bangkit duduk, dia sudah mendekapku. Diciumnya bibirku, dimasukkannya lidahnya di mulutku, aku hanya bisa membalas walaupun agak sedikit canggung. Lama kami saling berciuman.

“Ayo hisap lagi ya...” katanya manja setelah menjauhkan bibirnya dari bibirku.
Aku langsung menjilati memeknya, ada rasa aneh dan enak yang tak bisa dilukiskan. Ternyata setelah aku terangsang, pikiran kotor, bau, jijik, dan lainnya tidak terasa. Aku hanya senang saja melakukannya. Esssssss.. ahhhhhh aaaaahhhh, hanya itu yang terdengar.
“Gantian...”, kataku pelan setelah agak lama aku mencumbu memeknya.
Tanpa diminta lagi dia sudah memegang senjataku dan mengulumnya dengan buas. Saya pegang kepalanya, aku dorong senjataku sedalam-dalamnya masuk dimulutnya. Dia terbatuk-batuk sambil berbisik “kamu mau membalas saya ya...”. Aku hanya tersenyum.
“Ayo masukkan sayang ...” katanya manja.
“Sssssss ahhhhh, sudah tidak kuat nih” pintanya lagi setelah aku gantian lagi mencumbu memeknya

Aku masukkan senjataku kedalam lobang memeknya. Enak juga ya, kok aku dari dulu tidak pernah tahu. Kugoyang Senjataku maju mundur sesuai permintaannya. Baru beberapa kali goyangan sudah ada yang mau keluar dari Senjataku”. Crrrrrrret... creeeeeeet, aku keluarkan airku di dalam memeknya. Setelah beristirahat, saya goyang atau dia goyang saya malam itu beberapa kali sampai pagi, sampai lama-kelamaan aku bisa bertahan agak lama, dan dia mulai senang dengan permainanku.

Aku diterima di SMA itu tanpa ada masalah, walaupun nilaiku sedikit. Aku diterima dan diakukan sebagai anak kakanya. Dan itu pula sebabnya tidak ada yang curiga aku terlihat sering ngobrol dengan dia. Dan kebetulan dia sambil menjadi pembina pramuka. Kami jadi bebas, tidak ada yang curiga aku keluar malam dari tenda waktu kemah, ngobrol sambil dilanjutkan dengan adegan ML. Seperti malam itu...

“Ayo sayang ..., lagi pengen nih” katanya padaku.
“Aku juga” jawabku sekenanya.

Aku keluar berjalan menuju sungai yang agak sedikit jauh dari tenda kami, diikuti guruku dibelakangku.
Sampai di sungai aku dudukan ibu guruku di semak-semak, sebelumnya aku sudah mencari alas dari daun pisang ditepi sungai. Aku mulai memainkan tanganku dibali seragam pramukanya. Aku remas-remas gunungnya, aku gelitik puncak gunungnya secara terus menerus, sambil terus mulut kami saling beradu, bertukar air lir dan saling berpangutan memainkan lidah kami masing-masing.

Tak puas dengan itu, saya buka seragam pramukanya, terlihat gunungnya yang begitu indahnya. Walaupun aku sudah seringkali mengulum, mencium dan mempermainkan lidahku di atas gundukan daging kenyalnya, tapi aku tidak pernah merasakan bosan. Aku gigit-gigit ujung daging kenyalnya, dia hanya bisa mendesah ssssssss... ahhhhhh aaahhhh.. seperti yang biasa dia bisikan.

Aku selipkan tanganku dibawah CD nya yang ternyata dia sudah mulai basah, aku mainka tanganku disana. Aku pegang, aku usapkan seluruh telapak tanganku diatas memeknya sampai ujung jari menyentuh lubang belakangnya. Aku masukkan jari tengahku kedalam lubang memeknya. Dan dia hanya bisa mendesis, mendesah seperti ular yang sedang mencari mangsa. Aku yang tadinya merasa agak kedinginan, karena kebetulan kami kemah di atas sebuah bukit mulai agak merasakan panas ditubuhku.

“Tolong lepaskan pakaianku sayang ..”, pintaku sedikit manja sambil terus menerus memainkan tiga jari tengah ku di lubang kewanitaannya, dan dua jariku yang lainnya untuk menahan dan membuka daerah terlarangnya.
“Ssssssssss aaahhhhhhhh aaaahhh ah...”, jawahnya mulai tak karuan. Tangannya mulai melepaskan satu persatu pakaianku, hanya tertinggal CD nya saja. Dimasukkannya tangannya kedalam CD ku, dia remas-remas bolaku seperti biasa yang ia sukai.

Dia pegang senjataku dengan tangannya, sementara dia sudah mulai menarik kebawah CD ku dengan tangan yang lainnya. Aku bangkit aku bersandar pada sebuah pohon, aku tarik kepalanya menuju senjataku. Tanda diminta dia sudah biasa langsung bisa mengulum, menjilat-jilat batang senjataku. Hampir setengah jam aku dibuai oleh kenikmatan mulutnya di senjataku, aku tekan kepalanya terus setiap dia hendak melepaskan kulumannya.

“Sayang ... aku sudah tidak kuat nih.. ahhhhhhhh”, rintihnya pelan.
“Gantian dong...”, pintanya lagi.

Setelah dia berhasil melepaskan kulumannya setelah aku menumpahkan beberaa tetes air ku dimulutnya, karena aku sudah tak tahan.Saya lepaskan CD guru ku yang sudah sangat basah itu, aku mulai memainkan kedua tangaku di daerah terlarangnya. Aku buka dengan tanganku, dan saku masukkan tanganku yang satunya lagi dengan perlahan-lahan, maju mundur, maju mundur dengan teratur.

“Ssssssss ahhhh...” hanya itu yang terdengar diantara sayup-sayup suara angin berdesir.
“Enak sayang ..., ayo jilati dong”.
“Ayo sayang ... jilati aku dong”, pintanya lagi, setelah sekian lama di meminta tapi aku masing memainkan tanganku di memeknya.

Aku dekatkan wajahku ke memeknya dan mulai aku jilati sedikit demi sedikit. Mulai dari atas, diatas bulu-bulu lembutnya, ke bawah sampai aku merasakan lidahku menjilati sesuatu yang hangat, kenyal dan sedikit basah. Aku mainkan lidahku didalam memeknya, dia pegang kepalaku, dia tekan, sampai mukaku menyentuh semua permukaan kulit kemaluannya. Aku mainkan lidah ku teru, terus, dan terus sampai aku terdengar suara erangan yang panjang si keheningan malam.

“Aaaahhhhh, aaaaaahhhh, ahhh !.
Aku bersihkan diriku, aku pakai kembali pakaianku dan pakaiannya sudah dipakai pula. Aku berjalan bergandengan menuju kemahkami, sambil sekali-sekali bibir kami saling bertemu, dan tersenyum puas. Sebelum sampai di perkemahan...
“Ayo sayang, dimasukkan di sini...”, tiba-tiba senjataku yang masih lemas dipegangnya, aku jadi terbangun.

Dan senjataku mulai bangkit. Aku balas pegang kedua gunung kembarnya, aku selipkan tanganku dari balik bajunya.
Beberapa lama kami saling meraba, sampai akhirnya aku singkapkan roknya keatas, dan aku lepaskan CD nya kebawah. Dengan tangan berpegangan di pohon, aku goyang guruku dari belakang tanpa melepaskan celanaku. Aku goyang terus lama sekali.

“Ganti aahhhhh, aku sudah pegal nih!, katanya.
“Yaaahhh “, jawabku pendek, sambil melepaskan senjataku dari lubang memeknya.

Aku duduk di bawah pohon, aku turunkan sedikit celanaku. Dia aku suruh duduk di atas pangkuanku. Aku masukkan senjataku ke dalam lubang hangatnya. Dia bergerak naik turun seirama nafasnya yang sudah tidak teratur lagi. Sampai akhirnya...

“Aku hampir keluar ...ahhhhhhhhh”, desahnya.
“Tahan dulu, aku pingin yang lebih lama lagi...” jawabku.
“Aku tak tahan ... aaaaahhhhhh”, balasnya lagi.
“Aaaaahhhhhhhh, cretttttt, aahhhhhh, creeett” desah kami berdua.

Aku cium bibirnya, dengan lembut dan agak lama. Kami saling tersenyum puas. Aku bali ke tendaku dan langsung ganti celana, kulihat teman-temanku sudah pada tidur semua. Aku lihat jam, astaga sudah jam 2 lebih padahal barusan kami berdua berangkat kesungai jam 9 malam. Berarti lama benar saya bermain di luar.

Perbuatanku aku lakukan sampai aku lulus dari SMA itu tanpa ada seorangpun yang tahu. Sampai akhirnya aku lulus dan sebagai tanda perpisahan kami, aku diajak dia pergi keluar kota selama tiga hari. Dan aku lewatkan waktu itu dengan terus memuaskan diri kami masing-masing.

Setelah sekian lama berpisah, lima tahun sudah aku tidak bertemu. Kami kebetulan bertemu di sebuah restoran. Sambil menangis dia peluk aku, aku cium keningnya, terlihat orang-orang disekelilingku heran memandang perbuatan kami berdua, karena terlihat seperti sepasang kekasih tetapi dilihat wajah kami jauh berbeda (karena perbedaan usia).

Dia cerita bahwa suami dan dua anak nya meninggal karena kecelakaan, beberapa tahun setelah aku lulus sekolah. Dan suaminya sempat minta maaf dan berpesan bahwa dia juga sudah memaafkan perbuatanku dan dia, sebetulnya suaminya tahu tapi dia diam saja tidak pernah mengusik kami berdua. Dan baru saat itu pula, aku tahu bahwa suaminya suka melakukan ML dengan kasar dan sering sambil memukulnya. Dan dia memilikiku sebagai pelampiasan nafsunya tanpa ada rasa sakit di badannya.

Sejak saat itu aku dan dia tinggal satu rumah dengan istriku, tanpa istriku tahu keadaan yang sebenarnya. Istriku adalah teman sekelasku dulu, jadi dia pikir dia adalah tanteku. Kami hidup bahagia tanpa harus mengulang perbuatan kami dulu yang sering ML.

Maaf aku tidak menyebutkan nama karena ini memang kisah nyata, aku tak ingin ada yang tahu biar ini jadi kenangan aku dan tante/guruku. Dan mohon maaf bila aku tidak bisa bercerita dengan bagus, aku hanya ingin melepaskan sedikit bebanku. Terima kasih. Dan mohon saran agar aku bisa terbebas dari rasa bersalahku. Kirim saja saranmu ke emailku.

TAMAT

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

janga lupa komentNya