Jumat, 07 Agustus 2009

Basketball girl


Hi, Kembali aku akan menceritakan pengalamanku di sekolahku. Mungkin Anda sudah melihat cerita SCHOOL LOVERS milikku. Kali ini aku akan menceritakan pengalamanku yang tak kalah menarik dengan cerita itu. Namaku Alex. Aku sekolah di salah satu SMU terkemuka di Semarang.

Dua bulan setelah aku menikmati threesome-ku bersama Fanny dan Christina, aku menambah lagi daftar cewek yang pernah bercinta denganku. Ketika itu, sekolahku sedang mengikuti persiapan untuk lomba basket HEXOS Cup. Sebagai pemain inti tentu saja aku mengikuti program latihan yang diberikan oleh pelatih. Kami diharuskan menginap di sekolah untuk suatu latihan. Yah, terpaksa aku menginap juga di sekolah. Ternyata yang menginap tidak hanya tim basket putra tetapi juga tim basket putri. Dalam hati aku bersorak gembira karena di tim basket putri di sekolahku terdapat banyak cewek cantik. Apalagi pakaian tim cewek memang sangat sexy. Memang mereka bisa main basket, cuma yang bisa bermain bagus hanya satu atau dua orang saja. Aku datang ke sekolah pukul 16:00 WIB. Setelah menaruh tasku di kelas, aku segera bergabung dengan teman-temanku.

Saat itu langit masih agak terang, sehingga aku masih bisa bermain di lapangan basket yang outdoor. Latihan berjalan seperti biasa. Pemanasan, latihan lay-up dan permainan. Seperti biasa, putra dan putri dicampur. Jadi di satu tim terdapat 3 cowok dan 2 cewek. Aku main seperti biasa tidak terlalu ngotot. Saat itu tim lawan sedang menekan timku. Vinna sedang melakukan jump shoot, aku berusaha menghalanginya dengan melakukan blocking. Namun usahaku gagal, tanganku justru menyentuh bagian terlarangnya. Aku benar-benar tidak bermaksud menyentuh dadanya. Memang dadanya tidak terlalu besar namun setelah menyentuhnya kurasakan payudaranya sangat kenyal. Lalu aku meminta maaf kepadanya. Vinna pun menerima maafku dengan wajah agak merah. Setelah itu giliran timku melakukan serangan. Lagi-lagi aku berhadapan dengan Vinna. Aku berusaha menerobos defend dari Vinna. Namun tak sengaja aku menjatuhkan Vinna dan aku dikenai personal foul. Aku mencoba membantu Vinna berdiri. Kulihat kakinya berdarah, lalu kutawarkan untuk mengantarkannya membesihkan luka itu. Vinna pun menerima ajakanku. Kami pun berjalan menuju ke ruang guru yang jaraknya memang agak jauh dengan lapangan basket. Vinna berjalan tertatih-tatih, maka kubantu ia bejalan. Saat itu sekolahku sudah kosong semua, hanya tinggal kami tim basket dan karyawan sekolah.

Sesampainya di ruang guru, aku segera mengambil peralatan P3K. Kubasahi luka di paha kiri Vinna dengan perlahan. Sesekali Vinna mendesah kesakitan. Setelah kucuci lukanya, kuberi obat merah dan kuperban kakinya. Saat menangani lukanya, baru kusadari bahwa Vinna juga memiliki kaki yang menurutku sangat sexy. Kakinya sangat panjang dan mulus. Apalagi dia hanya mengenakan celana pendek. Kuarahkan pandanganku ke atas. Dadanya tidak terlalu besar, namun cukuplah bagi cewek berusia 16 tahun. Oh ya.. Vinna berusia 16 tahun, rambutnya lurus panjang sebahu, kulitnya putih mulus, dia Chinese sepertiku. Tingginya 172 cm dan beratnya kira-kira 50 kg.

Tiba-tiba kudengar erangan Vinna yang membangunkanku dari lamunanku.
"Ada apa Vin?" kutanya dia dengan lembut.
"Kakiku rasanya sakit banget." jawabnya.
"Di mana Vin?" tanyaku dengan agak panik.
"Di sekitar lukaku.."

Kupegang daerah di sekitar lukanya dan mulai memijatnya. Penisku lama-lama bangun apalagi mendengar desahan Vinna. Tampaknya ini hanya taktik Vinna untuk mendekatiku. Aku pun tak bisa berpikir jernih lagi. Segera saja kulumat bibir Vinna yang indah itu. Vinna pun tak mencoba melepaskan diri. Ia sangat menikmati ciumanku. Perlahan, Vinna pun membalas ciumanku. Tanganku mulai merambah ke daerah dadanya. Kuraba dadanya dari luar bajunya yang basah oleh keringat. Vinna semakin terangsang. Kucoba membuka bajunya, namun aku tidak ingin buru-buru. Kuhentikan seranganku. Vinna yang sudah terangsang agak kaget dengan sikapku. Namun aku menjelaskan bahwa aku tak ingin terburu-buru dan Vinna pun dapat memahami alasanku walaupun ia merasa sangat kecewa. Kemudian aku membantunya kembali ke lapangan. Sebelum kembali ke lapangan aku mencium mulutnya sekali lagi. Kami pun berjanji untuk bertemu di ruang kelas IB setelah latihan selesai. Dalam hati aku berjanji bahwa aku harus merasakan kenikmatan tubuhnya. Sisa latihan malam itu pun kulakukan dengan separuh hati.

Setelah latihan, kami semua mandi dan beristirahat. Kesempatan bebas itulah yang kami gunakan untuk bertemu. Di ruang kelas itu kami saling mengobrol dengan bebas. Aku pun tahu bahwa Vinna belum pernah memiliki pacar sebelumnya dan kurasa dia menaruh hati padaku. Perasaanku padanya biasa-biasa saja. Namun mendapat kesempatan ini aku pun tak ingin melewatkannya. Kami pun mengobrol dengan santai. Vinna pun bermanja-manja denganku. Kepalanya disandarkan ke bahuku dan aku pun membelai rambutnya yang wangi itu. Entah siapa yang memulai, kami saling berpagutan satu sama lain. Bibirnya yang hangat telah menempel dengan bibirku. Lidah kami pun saling beradu. Kuarahkan ciumanku ke bawah. Kupagut lehernya dengan lembut sehingga Vinna mendesah. Tanganku mulai aktif melancarkan serangan ke dada Vinna. Kurasakan payudara Vinna mulai mengeras. Kusingkap T-Shirt pink miliknya dan terlihatlah payudara Vinna terbungkus Triumph 32B. Ketika aku akan melancarkan seranganku, Vinna tiba-tiba melarang. Kali ini dia yang belum siap. Rupanya ia ingin melakukannya secara utuh denganku di suatu tempat yang pantas. Aku pun memahami maksudnya. Akhirnya kami hanya berciuman saja.

Keesokan harinya, kami kembali melakukan latihan basket. Namun Vinna hanya melakukan latihan ringan saja. Pukul 13:00 kami boleh pulang ke rumah masing-masing. Kutawarkan tumpangan kepada Vinna. Aku memang membawa mobil sendiri ke sekolah. Kuantarkan ke rumahnya di sebuah jalan besar. Sesampainya di sana, aku diajaknya masuk ke rumahnya. Aku tahu bahwa Vinna tidak tinggal bersama orang tuanya. Orang tuanya terlalu sibuk mengurus bisnis mereka. Vinna memang anak orang kaya. Pertama-tama aku minta ijin memakai kamar mandinya untuk mandi sejenak. Setelah selesai, aku menunggu di kamarnya. Kamarnya cukup luas. Suasananya pun cukup enak. Aku kini mengerti mengapa Vinna tak ingin melakukannya di kelas. Vinna juga sedang mandi rupanya. Memang cewek kalau mandi itu agak lama.

Tak lama, Vinna keluar dari kamar mandi dengan mengenakan T-Shirt Hello Kitty berwarna biru muda dengan celana pendek. Lalu kami pun berbincang-bincang. Aku pun memuji kecantikannya. Setelah agak lama berbincang, kami saling memandang dan kami pun mulai berciuman. Ciuman kali ini sangat kunikmati. Kuraba dengan lembut payudara Vinna. Kemudian kubuka baju Vinna dan terlihatlah BH hitam membungkus payudara yang sangat indah. Aku termenung sejenak lalu mulai melepas pakaianku dan pakaiannya. Aku sudah telanjang sedangkan Vinna masih mengenakan pakaian dalam berwarna hitam. Kulanjutkan ciumanku di dada Vinna. Vinna melenguh perlahan menikmati perlakuanku.

Perlahan-lahan kuarahkan mulutku di antara dua belahan pahanya yang mulus. Lalu kusentuh permukaan celana dalamnya yang sexy dengan ujung lidahku. Badan Vinna seperti mengejang perlahan. Kuliarkan lidahku di celana dalamnya. Vinna pun mendesah nikmat karena lidahku mengenai klistorisnya. Kulepas BH dan CD-nya hingga tampaklah sesosok tubuh yang sangat indah dan proporsional. Tubuhnya tak kalah dibandingkan Fanny maupun Christina (baca: SCHOOL LOVERS).

Kembali aku mempermainkan buah dadanya. Buah dadanya sudah mulai menegang dan bentuknya pun menjadi sangat indah walaupun tidak besar. Kugigit-gigit lembut putingnya yang menegang keras. Kuturunkan ciumanku ke arah rambut-rambut halus yang tertata rapi di bagian bawah tubuhnya. Kucium harum khas kemaluan Vinna. Kujulurkan lidahku masuk ke dalam belahan kemaluannya dan berusaha menemukan klistorisnya. Ketika kutemukan daging kecil itu, Vinna mengeluarkan desahan-desahan yang sangat merangsang diriku. Aku semakin bergairah untuk merasakan sempitnya kemaluannya. Kemaluannya terus kulumat dengan lidahku. Tak lama kemudian, kurasakan kepalaku dijepit oleh kedua belah paha Vinna. Badan Vinna mulai mengejang, melonjak dan melengkungkan tubuhnya sesaat. Vinna telah mencapai orgasme pertamanya bersamaku. Kubiarkan ia menikmati gelombang orgasme pertamanya selama beberapa menit dengan terus memainkan lidahku dengan lembut di daerah sensitifnya. Kemudian Vinna terbaring lemas karena gelombang orgasme yang telah melandanya tadi. Ia sangat menikmati orgasme nya tadi.
Memahami kebutuhanku, Vinna kembali aktif. Vinna meraih batang kemaluanku dan menyentuhkan lidahnya ke kepala penisku. Kurasakan hisapannya masih malu-malu. Tapi terus kumotivasi dia dengan ucapan-ucapan kotor. Dan usahaku berhasil. Lama-lama Vinna tidak lagi merasa canggung. Hisapannya mulai membuatku mendesah. Ukuran mulut Vinna pas sekali dengan lebar penisku. Jadi kenikmatan yang kudapat sangatlah nikmat. Aku pun tak mau diam. Kuraih kedua paha Vinna dan kubenamkan kepalaku diantaranya. Sehingga kami membentuk sikap 69. Rangsangan-rangsangan yang telah menjalari tubuh kami berdua rupanya sudah semakin hebat dan tak dapat ditahan lagi. Vinna bergulir ke sampingku, memutar posisi tubuhnya sehingga kami dapat berciuman sejenak.

Aku bertanya, "Vin, aku masukkan ya?" Dengan lemah, Vinna pun menganggukkan kepala. Kubaringkan tubuhnya ke ranjang, kuangkat kedua belah tungkainya yang muluh ke bahuku. Kuarahkan kepala kemaluanku menuju ke arah kemaluannya. Lalu kumasukkan kepalanya dahulu ke dalam milik Vinna. Rupanya kemaluan Vinna sangat sempit. Tidak dapat kumasuki. Vinna mendesah kesakitan sambil melonjak ketika aku mencoba menekannya. Sebenarnya aku senang mendapat vagina yang begitu sempit. Namun aku sangat kesulitan memasukkannya. Aku sudah sangat bersusah payah melakukannya. Aku sangat berhati-hati dalam melakukannya, karena aku tak mau menyakiti Vinna. Aku merasa kasihan pada Vinna. Vinna terpaksa harus menahan gejolak nafsu dalam dirinya karena hal ini. Wajahnya terlihat sangat menderita. Terpaksa kuambil jalan pintas. Kumasukkan sekali lagi kepala kemaluanku ke dalam lubang kemaluan Vinna dan kudorong sekuat tenaga, namun gagal. Justru aku kesakitan sendiri. Vinna pun menjerit kesakitan. Kucoba menenangkannya sebentar. Lalu kucoba lagi.

Setalh 5 menit akhirnya berhasil. Penisku ternyata dapat masuk seluruhnya ke dalam milik Vinna. Dapat dikatakan sangat pas. Kurasa milik Vinna sangat dalam, karena dari semua cewek yang pernah ML denganku, vaginanya tak ada yang dapat menampung milikku. Paling-paling hanya 3/4-nya. Mungkin karena Vinna itu tinggi sehingga vaginanya juga dalam.

Setelah masuk semua, kudiamkan beberapa saat agar Vinna terbiasa. Lalu penisku mulai kutekan-tekankan perlahan-lahan. Vinna masih mendesah kesakitan. Walau penisku dapat masuk semuanya tapi ini sangat terasa sempit. Lama-lama kugerakkan agak cepat. Vinna sudah dapat mengikuti permainanku. Ia sudah dapat mendesah nikmat. Klistorisnya tergesek terus oleh milikku. Setelah agak lama, kuganti posisi. Aku berada terlentang di ranjang dan Vinna berada di atasku menghadap ke arahku. Dengan posisi ini, Vinna dapat mengatur sendiri kecepatan penisku. Vinna menggerakkan sendiri pantatnya. Aku pun menaikkan pantatku saat Vinna menurunkan pantatnya. Tanganku pun berada di kedua bukit kembarnya. Sensasi ini sungguh luar biasa. Vinna sangat menikmati permainan ini. Vinna mendesah lantang dan ia bergerak semakin seru setiap kali kejantananku menghantam ujung rahimnya. Gerakan kami berdua semakin cepat dan semakin melelahkan, sampai akhirnya Vinna mengejang dan membusurkan badannya kembali. Gelombang orgasme kedua telah melandanya. Ia tampak masih berusaha meneruskan gerakan-gerakan naik turunnya untuk memperlama waktu orgasmenya yang kedua sebelum akhirnya merebahkan tubuhnya yang lemas di atas tubuhku dan terdiam untuk beberapa saat. Tubuhnya bermandikan keringat. Aku menatap wajahnya yang menunjukan rasa bahagia.

Setelah memulihkan tenaga sesaat. Kembali aku melakukan permainan. Kali ini doggy style. Kubimbing ia pada posisi itu. Aku berdiri di belakangnya dan menusukkan penisku ke dalam miliknya. Kugerakkan penisku perlahan, namun lama-lama semakin cepat. Vinna berulangkali mendesah sambil mengucapkan kata-kata kotor yang tak dapat kubayangkan mampu keluar dari mulut gadis cantik seperti dia. Sampai akhirnya aku merasakan spermaku sudah mengumpul di penisku. Kukatakan padanya aku hampir orgasme. Dia pun hampir orgasme. Kupercepat laju penisku di dalam vaginanya. Kubuat agar Vinna keluar terlebih dahulu. Vinna pun meraih orgasmenya yang ketiga. Kubiarkan penisku di dalam vaginanya untuk menambah sensasi baginya, walau aku harus mati-matian menahan laju spermaku agar tidak muntah di dalam. Kemudian, kucabut penisku dan kumasukkan dalam mulutnya. Spermaku ternyata tidak mau keluar. Vinna pun berinisiatif mengulum penisku. Tak lama kemudian, spermaku muncrat di dalam mulutnya. Spermaku keluar banyak sekali. Vinna kaget, namun ia segera menelannya. Kami diam sesaat. "Vin, kamu masih kuat untuk main lagi?" tanyaku nakal. "Tentu donk.." jawabnya mesra. Vinna memang memiliki stamina yang kuat. Walaupun tubuhnya telah basah oleh peluh keringat, ia masih belum capai.

Setelah penisku kembali tegang, aku duduk dan Vinna duduk di atasku. Kumasukkan kembali penisku ke dalam vaginanya. Kali ini sudah tidak sesulit tadi walaupun masih agak rapat. Kugoyangkan pantatnya untuk meraih kenikmatan. Kugesek-gesek klistorisnya dengan penisku. Vinna kembali bergairah menyambutnya. Lalu kucoba menusukkan penisku keras-keras. Rasanya sungguh luar biasa. Vinna sangat menyukai tusukan itu. Ketika spermaku sudah mengumpul lagi, aku berganti posisi. Vinna kutidurkan terlentang lalu aku tengkurap di atasnya. Kugerakkan pantatku naik turun dengan cepat. Namun Vinna kurang menyukai posisi ini. Kuanjurkan dia untuk tengkurap di atas ranjang dan aku di atasnya. Seperti kura-kura saling menumpang. Kumasukkan penisku ke dalam liang kenikmatannya. Vinna kembali merasakan rasa puas. Kugerakkan penisku dengan cepat. Vinna akhirnya keluar juga untuk yang keempat kalinya. Aku pun mengeluarkan spermaku lagi di kedua belah dadanya. Kami pun tertidur selama beberapa jam. Ketika aku bangun, jam sudah menunjukkan pukul 19:30. Aku pun mencoba bangkit dari ranjang. Vinna pun terbangun. Saat itulah Vinna mengungkapkan perasaannya padaku. Kuterima cintanya dengan tulus. Kami pun berpacaran. Setelah 5 bulan berpacaran, kami pun putus dengan baik-baik. Tapi aku tetap menyukainya. Vin, di mana pun kamu, kalau kau membaca cerita ini. Ingatlah selalu kepadaku!

Jika ada saran, kritik dan tanggapan dari para pembaca, silakan hubungi penulis via e-mail.


TAMAT

Atiek Pembantu yang....


Saat aku pulang dari kantor ku lihat ada seorang cewek yang wajahnya cukup manis, tubuhnya sintal, tidak terlalu tinggi, Tidak terlalu tinggi 158 cm-an, toket kelihatan montok dan mengkel. Aku yang biasanya gak terlalu peduli sama pembantu kali ini harus ngiler melihatnya. Pikiran seronok langsung menjalar dalam otakku. Siapa gerangan sicewek yang baru membukakan pintu gerbang saat aku memasukkan mobil ke garasi ini.

“Selamat sore Pak…” Sapanya dengan lembut.
“Sore” Jawabku singkat. Rasanya bergetar hatiku. Bahaya nih, kenapa aku tertarik banget sama dia ya ? Anganku jadi berkecamuk. Pikiran kotor dan ngeres jadi terus membayang dalam angan. Baru lihat saja kok aku jadi nafsu gini. Padahal dia kan hanya pembantu. Aku langsung masuk ke rumah dan mencari istriku, langsung tanya tentang itu cewek.

“Itu pembantu baru ya… emang dapat dari mana…?”
“Istri teman kamu tadi yang bawain, katanya dia baru dapat 2, sementara dia Cuma butuh 1 saja, trus dia bawa ke sini. Dia katanya anak lampung.”
“Oh… jawabku. Kayaknya dia masih bocah gitu… Emang dia sudah bisa kerja ?” Tanyaku.
“Baru 18 th, tapi katanya sudah pernah kerja sih. Ya gak salah kan kalo kita coba dulu” Kata istriku.
“Terserah Mama dech… Kan ini urusan perempuan.” Padahal dalam hati aku sangat cocok banget dengan pembantu yang satu ini. Pokoknya bakal bisa aku betah di rumah.

Keesokan harinya saat istriku ngantar anakku sekolah, aku coba ajak bicara dia.
“Nama kamu siapa ?” Tanyaku.
“Atik Pak” Jawabnya singkat. Walaupun masih agak malu2 tapi kelihatannya dia cukup berani.
“Umur kamu berapa ?”
“18 tahun Pak ?”
“Masih kecil ya kamu, tapi kok kayak dah dewasa gitu, badan kamu tidak sesuai dengan umur kamu. Bahkan maaf ya… toket kamu sudah gede banget gitu. Kayaknya sudah pernah diremas2 cowok dech“ Dengan sopan aku berusaha menggodanya.
“Ih Bapak bisa saja, saya jadi malu.” Ujarnya tersipu. Kelihatannya dia tersanjung dengan ucapanku.
“Pacar kamu pasti nakal… dan seneng ngremesin toket kamu ya….” Karena dia kelihatannya tidak keberatan aku goda.
“Bapak kok tahu sih…?”
“Tahulah… bahkan dengan lihat bentuk badan kamu aku juga tahu kalo kamu pernah, bahkan sering… maaf ya jangan marah kalo aku salah…. Kamu sering dientot kan….” Tembakku.
Dia kaget, mukanya jadi merah dan kayak orang ketakutan.
“Jangan malu dan takut, itu kan urusan kamu sendiri. Buat aku gak ada pengaruhnya kok bila pembantu disini walau masih bujang tapi sudah gak perawan…” Aku coba menenangkannya.
“Tapi Bapak jangan bilang sama Ibu ya Pak…, saya takut ibu jadi mulangin saya nanti.” Pintanya.
“Iya aku gak akan bilang kok, tapi ada syaratnya. Pertama, kamu harus mau crita tentang pacar kamu, dan gimana dia berhubungan” pancingku.
“Kami sebenarnya sudah tunangan Pak, makanya setiap ada kesempatan kami sering melakukannya. Tapi dia juga ngencani cewek lain, makanya aku tinggal ke Jakarta.”
“Lha kamu sekarang jauh dari pacar kamu, trus apa kamu gak ketagihan…?”. Kejarku, karena aku sudah nafsu banget tuk bisa ngentotin dia.
“Sering juga sih Pak nafsu banget. Bapak kan tahu orang kalo sudah pernah ngrasain yang satu itu pasti akan ketagihan. Tapi gimana lagi, saya sudah jengkel banget sama dia, walau masih cinta.” Critanya sambil nunduk.
“Kalo lagi pingin, gimana kamu ngatasinya ?” Dia terbuka banget sama aku. Kayaknya ada kesempatan nih buatku.
“Ih… malu ah Pak.” Gak apa2, cerita saja. Siapa tahu aku bisa bantu kamu.
“Gimana ya Pak… saya kan orang normal… jadi kalo udah ngebet ya……..” Dia diam sejenak, kelihatannya ragu untuk mengatakannya. Aku diam saja menunggu, akhirnya….. “Saya… jadi masturbasi…. Habis mau sama siapa lagi… kan sekarang sudah gak punya pacar lagi. Bapak jangan ketawain saya ya… maaf kalo saya ngomong apa adanya…” lanjutnya.
“Kasihan juga ya kamu…, kalo ada kesempatan mau gak kamu aku bantuin nglepas hasrat kamu saat muncul…?” pancingku.
“Bapak bantunya gimana… emang Bapak mau sama saya….?” Katanya dengan malu dan ragu-ragu.
“Aku kan kasihan sama kamu, lagian kalo pas kamu nafsu gak tersalurkan kerja kamu malah berantakan nanti. Emang kamu mau dimarahin Ibu karena kerja gak bener…?, Kalo bantunya gimana kita lihat saja nanti.” Aku denger suara mobil, istriku sudah datang dari antar anak sekolah.
“Nanti kita atur saja ya… Tuh Ibu sudah datang, bukain pintunya dulu.” Kataku padanya.

Istriku masuk ke rumah sambil bilang, katanya mau shoping sama temen2nya. Katanya nanti pulangnya sekalian jemput anak dari sekolah. Wah kesempatan bagus nih pikirku, karena aku sudah ngebet banget tuk bisa muasin Atik yang suka kehausan itu. Setelah aku ijinkan istriku langsung berangkat. Aku langsung panggil Atik.

“Tik, bisa gak kamu bantu pijitin badan aku… di kamar ya….” Pintaku.
“Bisa Pak” Aku langsung ke kamar, Atik ngikuti dari belakang. Kupikir ini kesempatan bagus, rasanya aku sudah gak kuat nunggu lebih lama lagi. Lagian sayang kalo dilewatkan kesempatan yang ada. Aku langsung copot baju dan celana panjangku. Tinggal CD yang menempel di celanaku.
“Lho kok pakaiannya dicopot smua Pak, katanya mau dipijitin. Maaf ya Pak… karena saya bisa nafsu kalo lihat laki2 hanya pakai cd gini…”
“Ya sudah, kamu sini……” Ku raih tangannya dan langsung aku tidurin di ranjang.
“Kamu lagi nafsu kan….” Atik diam saja.
Aku langgsung cium kening, kelopak mata, hidung terus akhirnya bibirku sampai ke bibirnya. Tanganku dari belakang leher menuju ke arah toketnya yang sudah membusung menanti serangan dariku, setelah sampai kuelus dari pinggir toket memutar trus kuremas dengan pelan.
“Agh…. Shhh…. Pak……” Dia mulai mendesis dan menggeliat. Bibirnya menyambut bibirku, kuteroboskan lidahku kedalam mulutnya tuk menggapai lidahnya. Dia membalas dengan mengeluarkan lidahnya dan melilit lidahku. Sungguh nikmat rasanya memeluk cewek ABG seperti Atik. Kugigit lidahnya…..
“Ough….. shhhhh…. Pak…. Atik…. een….nak…. terus … Pak……” Atik mulai lepas kendali, kelihatan sekali bahwa dia besar nafsunya.

Setelah beberapa saat kami bersilat lidah, bibirku kuturunkan ke lehernya. Secara bergantian kuserang bibir leher dan daun telingannya sambil tanganku terus meremas-remas toketnya kanan dan kiri bergantian. Tak henti2 Atik mengerang nikmat bahkan semakin keras erangannya, pasrah terhadap apa yang aku lakukan.
Aku berusaha membuka baju oblongnya, dia membantu mempermudah dengan mengangkat tangannya. Aku benar2 gak tahan melihat gundukan toketnya, aku buka juga celana dan bra-nya biar lebih mudah meremas dan enak rasanya. Sekarang Atik sama denganku, hanya mengenakan cd. Atik belum berani untuk membalas seranganku, sengaja aku biarkan dia menikmati serangan yang aku lakukan biar dia lain kali ketagihan permainanku.

Kucium pinggir toketnya yang keras dan membusung, badannya langsung menggeliat dan kepalanya menggeleng ke kanan kiri sambil tangannya menjambak rambutnya sendiri. Pelan2 dari pinggir toket bibirku mendaki ke puncak pentilnya, kugigit pelan dan kuhisap secara bergantian, sambil tanganku menerobos cd-nya yang sudah basah. Kutemukan gundukan yang terbelah yang sedang menantikan serangan. Saat tanganku mengelus belahannya dia, semakin menggeliat dan merintih dahsyat….

“Auww….ssshhhh…….Ough…..Pak…… pacarku mainnya gak seenak in…..ni… Pak….” Ceracaunya.
Aku buka cd-nya biar gerakan tanganku lebih leluasa. Atik ngebantu dengan mengangkat pantatnya sehingga aku dengan mudah mencopotnya.
Mengingat dia sudah gak perawan, dengan lembut jari tengahku kuteroboskan memasuki gua nikmatnya yang sangat sempit. Kutemukan benjolan kecil yang sangat basah. Sambil bibirku menyerang toketnya jari tanganku kukeluar masukkan sambil mengelus-elus benjolan shg membuat dia semakin kelojotan dan meraung-raung kenikmatan.

“Ough…… shhhh…….Atik…. me…. Layangggg…. Ah……… Pak…….” Tak kupedulikan ceracaunya, terus kuserang dia.
Kontolku rasanya sudah gak tahan untuk menjelajah dan menyodok memek Atik yang sempit itu. Tapi aku harus sabar, aku pingin dia bisa mencapai puncak dulu biar bener2 puas.

Setelah 15 menit ku serang akhirnya….
“ Ah… augh…shhhh…shhhh….. Pak…. Atik….. ma….u…..klu…..ar….. te….ruuuusssssss……….” Badannya berkelojotan tak karuan dan mengejan beberapa kali, tanganku kena semburan basah kenikmatannya. Nafasnya terus memburu, akhirnya dia lunglai. Dia aku peluk mesra sambil aku ciumin bibirnya biar dia lebih bisa ngerasa nikmat di puncak orgasmenya. Setelah nafasnya agak normal kutanya,

“Gimana Atik….. Enak ya….?”
“Aduh… enak banget Pak, hampir tak kuat ngrasain ngrasain nikmatnya…..” jawabnya sambil ngos-ngosan.
“ Pemanasan aja mainnya Bapak enak banget, gimana kalo punya Bapak yang masuk ya…..”
“Mau…..?” Tanyaku. “Mmm………” Dia hanya menggumam.
Aku sebenarnya juga sudah gak tahan untuk segera nyodok memek dia, makanya aku dudukin dia di tepi ranjang. Kuraih tangannya untuk memegang kontolku yang menonjol dan masih terbungkus cd.
“Kok kepalanya kluar Pak….. gede banget……..punya Bapak. Mana muat punyaku nanti….” Komentarnya.
“Coba saja…..buka saja cd-ku….” Kataku sambil mengelus2 rambutnya. Atik menarik cd-ku ke bawah karena dia duduk di depanku saat kontolku yang sudah ngaceng berat lepas dari cd mengenai mukanya.
“Ouw…. Pak. Bener-bener gede Pak…..” Serunya.
Kuraih kepala Atik dan kutarik dan kusuruh dia menjilat kontolku. Atik menjilati kontolku dari ujungnya, lidahnya dimainin disitu terus kebagian batang dan pangkal kontolku. Aku rasanya melambung kenikmatan. Dia kusuruh menghisap kepala kontolku sambil kepalanya kupegang dan kugerakkan maju-mundur.
“Ough….tik…..nikmat banget. Kamu pinter banget Tik……..” Erangku. Sambil ngemut lidah dia tak henti-hentinya mengusap-usap kontolku, dibantu tangannya membantu dengan mengocok maju-mundur sehingga semakin membuatku kenikmatan.

Setelah 10 menit, kusuruh Atik mengeluarkan kontolku dari mulutnya.
Kubaringkan Dia diranjang. Atik membuka selangkangannya, sehingga mempertontonkan gundukan memeknya yang terbelah merekah semakin membuatku bernafsu.

“Ayo Pak…. Atik pingin banget rasain kontol Bapak……” Taka sabar dia.
Aku memposisikan diriku diantara paha dia. Kuangkat kedua kakinya. Kontolku kugesek2kan ke memeknya. Atik meringis tak sabar menunggu. Kutekan pelan kontolku di lubang nikmatnya. Rasanya sempit banget memek Atik. Karena tak sabar dia mengangkat pantatnya yang otomatis membuat kontolku masuk dan kejepit di memeknya. Sungguh nikmat banget memek ABG satu ini.

“Ouw….www…sshhhh….. enak Pak….. genjotin saya Pak…. Ouh….. nikmatin….sa…ya….” Katanya sambil pantatnya langsung digoyang2, sehingga membuatku ngerasakan nikmat yang tak terkira. Rupanya dia sangat pinter ngelayani pria.

“Plok-plok-plok…….” Bunyi benturan antara pangkal kontol dan memek dia saat aku semakin gencar menggenjot Atik.
“Ouh….. sshhhh…. Ter…rus….. Pak…… Enak…..banng…nget…..kontol Bapak……” Tak hentinya dia meracau sambil tangannya menjambat rambutnya sendiri dan kepalanya terus menggeleng ke kanan kiri.
Lima menit kemudian….
“Ouwww….. Pak….. Aaa…..tik…… sam…. Pai…. Lagi…………….ough… sssshhhh…….” Badannya mengejan dan kontolku terasa kesemprot oleh cairan nikmatnya. Saat dia keluar kusambut dengan sodokan kontol dengan semakin gencar sehingga benar2 kelojotan, sampai akhirnya badan Atik melemas.

Kuperlambat kocokanku, kucium bibir dan kuremas toketnya sambil menunggu dia agak pulih lagi.
Setelah kukocok agak pelan selama 2 menit kelihatannya dia mulai tegang lagi.
“Bapak kuat banget….. aku jadi enak…..” katanya.
“Ayo bantu aku sampai keluar….” Kataku.
“Siap Pak…….” Jawabnya.
Akhirnya kegencarkan lagi genjotanku. Atik menggoyang dan memutar pantatnya mengimbangi gerakannku, sehingga kontolku seperti diremas2 rasanya. Sungguh nikmat banget ngentotin Atik.

“Ouhgh…….Tik…..kamu pinter banget….. enak banget memek kamu……”
Lima menit kemudian Atik mengejan lagi dan badannya melemas. Aku juga sudah gak kuat lagi nahan lebih lama.
Kucabut kontolku dan aku merangkak ke atas.
“Supaya kamu gak hamil aku semprotin di mulut kamu ya……” pintaku.
Tangannya langsung meraih kontolku dan memasukkan ke mulutnya. Sambil mengocok dan lidahnya bermain2 dikepala kontolku. Aku semakin blingsatan dan semakin gencar sodokan kontolku dimulutnya. Dan, akhirnya….
“Oughhhhh…ssssss……..Tik………………” Aku mengejan dan menyemprotkan maniku yang banyak kemulutnya.
Atik aku suruh nelan spermanya. Atik turuti apa yang aku suruh.
Kami terkulai lemas sambil berpelukan.

Anak Gelandangan


AnkAnak gelandangan

Nama saya Tiyo, umur 34 tahun dan saya bertempat tinggal dekat kampus sebuah PTS di Jogja. Saya mengirim cerita ini untuk membagi pengalaman saya sehingga bisa menjadi referensi dalam mengarungi kehidupan para pembaca. Cerita ini sungguh nyata, akan tetapi nama-nama yang terlibat disini saya samarkan
*****

Aku adalah seorang karyawan di sebuah Perusahaan yang bergerak di bidang beverage. Posisiku sudah lumayan tinggi, yaitu sebagai General Manager sehingga aku mendapatkan fasilitas perumahan dan sebuah mobil sedan. Aku masih lajang sehingga sehabis pulang kerja hobiku jalan-jalan cari pengalaman dan refresing.

Cerita ini berawal saat aku pulang kerja sekitar jam 11 malam, mobilku menabrak seorang anak yang digandeng ibunya sedang menyeberang jalan. Untung saja aku cepat menginjak rem sehingga anak itu lukanya tidak parah hanya sedikit saja dibagian pahanya. Ketika aku tawarkan untuk ke rumah sakit, Ibu itu menolak dan katanya lukanya tidak parah.

“Ya udah bu, sekarang aku antar Ibu pulang, dimana rumah Ibu?” “Nggak usah den, si Mbok nggak usah diantar”. “Kenapa Mbok, inikan sudah malam, nggak apa-apa Mbok aku antar ya?” Si mbok ini tidak menjawab pertanyaanku dan hanya menunduk lesu dan ketika dia mau menjawab, dari arah ujung trotoar mencul anak kecil sambil membawa bekicot. “Ini Mbok bekicotnya, biar luka Mbak Tika cepat sembuh”. Ibu itu menerima bekicot dari gadis itu, memecahnya dibagian ujung dan mengoleskannya diluka gadis yang ternyata namanya Tika. Tapi, Setelah selesai mengoleskan, simbok itu mengandeng Tika dan adiknya mau pergi. Sebelum melangkah jauh, aku hadang dan berusaha untuk mengantarnya pulang.

“Simbok mau pulang.., aku antar ya Mbok, kasihan Tika jalannya pincang”. “Ngaak usah den, simbok..”. “Kenapa Mbok, nggak sungkan-sungkan, ini kan sudah malam, kasihan Tika Mbok..”. “Simbok ini nggak punya rumah den, sombok cuma gelandangan”. Aku sempat benggong mendengar jawaban simbok ini, akhirnya aku putuskan untuk mengajaknya ke rumahku walaupun hanya untuk malam ini saja. Terus terang aku kasihan kepada mereka.
“Ya sudah Mbok, kamu dan kedua anakmu itu malam ini boleh tidur dirumahku”
“Tapi ndoroo..”.

“Sudahlah Mbok, ini juga kan untuk menebus kesalahanku karena menabrak Tika”.
Dari informasi yang aku dapatkan didalam mobil selama perjalanan pulangp, simbok ini ternyata ditinggak suaminya saat mengandung adiknya Tika, yang akhirnya aku ketahui namanya Intan. Simbok ini yang ternyata namanya Inem, usianya sekitar 42 tahun, dan anaknya si Tika umurnya 14 tahun sedangkan Intan baru 11 tahun. Tika sempat lulus SD, sedangkan Intan hanya sempat menikmati bangku SD kelas 4. Setelah sampai dirumah, Mbok Inem dan kedua anaknya langsung aku suruh mandi dan makan malam. Ternyata simbok, Tika dan Intan tidak membawa baju ganti sehingga setelah mandi baju yang dipakainya ya tetap yang tadi. Padahal baju yang dipakai ketigany sudah tidak layak untuk dipakai lagi. Simbok memakai daster yang lusuh dan sobek disana-sini sedangkan Tika dan Intan sama saja lusuh dan penuh jahitan disana sini. Besok yang kebetulan hari minggu, aku memang mempunyai rencana membelikan baju untuk mereka bertiga. Aku memang tipe orang yang nggak bisa melihat ada orang lain menderita. Kata temen-temen sih, aku termasuk orang yang memiliki jiwa sosial yang tinggi. “Tika dan juga kamu Intan makan yang banyak ya.. biar cepet gede..”. “Inggih Ndoro.., boleh nggak kalau Intan habiskan semuanya, karena Intan sudah 2 hari nggak makan”. “Boleh nduuk.., Intan dan Tika boleh makan sepuasnya disini”.
*****

Mulai dari sinilah awal dari petualangan seksku. Setelah acara makan malam selesai, ketiganya aku suruh tidur di kamar belakang. Sekitar jam 1 malam setelah aku selesai nonton acara TV yang membosankan, aku menuju kekamar belakang untuk meneggok keadaan mereka. Ketika aku masuk kekamar mereka, jantungku langsung berdeguk cepat dan keras saat aku melihat daster Mbok Inem yang tersingkap sampai ke pinggang. Ternyata dibalik daster itu, Mbok inemku ini memiliki paha yang betul-betul mulus dan dibalik CD nya yang lusuh dan sobek dibagian depannya terlihat dengan jelas jembutnya yang tebal dan hitam. Pikiranku langsung melayang dan kontolku yang masih perjaka ini langsung berontak.

Setelah agak tenang, tanganku langsung bergerilnya mengelus paha mulus Mbok inemku ini. Setelah puas mengelus pahanya, aku mulai menjilati ujung paha dan berakhir dipangkal pahanya. Aku sempat mau muntah ketika mulai menjilati klitorisnya. Di depan tadi kan aku sudah bilang kalau CD Mbok ku ini sobek dibagian depan.., jadi clitnya terlihat dengan jelas. Sedangkan yang bikin aku mau muntah adalah bau CDnya. Ya.. mungkin sudah berhari-hari tidak dicuci. Setelah sekitar 13 menit aku jilati clitnya dan ternyata Mbok inemku ini tidak ada reaksi.. ya mungkin terlalu capek shingga tidurnya pulas banget, aku mulai keluarkan kontolku dan mulai aku gesek-gesekkan di clitnya. Aku tidak berani melapas CDnya takut dia bangun. Ya.. aku hanya berani mengocok kontolku sambil memandangi clit dan juga teteknya. Ternyata Mbok inemku ini tidak memakai BH sehingga puting payudaranya sempat menonjol di balik dasternya. Aku tidak berani untuk memeras teteknya karena takut Mbok Inem akan bangun.

Sedang asyik-asyiknya aku mengocok kontolku, si Tika bangun dan melihat ke arahku. Tika sempat mau teriak dan untung saja aku cepat menutup mulutnya dan memimta Tika untuk diam. Setelah Tika diam, berhubung aku sudah tanggung, terus saja aku kocok kontolku. Tika yang masih terduduk lemas karena ngantuk, tetap saja melihat tangan kiriku yang mengocok kontolku dan tangan kananku mengusap-usap paha mulus ibunya. Sambil melakukan aktivitasku, aku pandangi si Tika, gadis kecil yang benar-benar polos, dan aku lihat sesekali Tika melihat mataku terus berpindah ke paha ibunya yang sedang aku elus-elus berulangkali. Setelah sekitar 8 menit berlalu, aku tidak tahan lagi, dan akhirnya “.. croot.. crrott.. croot..” ada 6 kali aku menembakkan pejuhku ke arah clit Mbok inemku ini.

Saat aku keluarkan pejuhku, si Tika menutup matanya sambil memeluk kedua kakinya. Pada saat itulah aku tanpa sengaja melihat pangkal pahanya dan ternyata.., tikaku ini tidak memakai CD. Saat aku sedang melihat memeknya Tika, dia bilang.. “Ndoro.. kenapa pipis di memeknya simbok”. aku sendiri sempat kaget mendengarnya. “Nduuk.. itu biar ibumu tidur nyenyak..”. “Ndoroo.. Tika kedingingan.., Tika mau pipis.. tapi Tika takut ke kamar mandi..”. “Ya.. sudah Nduk.. ayo aku antar ke kamar mandi”.

Tika kemudian aku ajak pipis ke toilet di kamar tidurku. Aku sendiri juga pengen pipis, terus Tika aku suruh jongkok didepanku. Tika kemudian mengangkat roknya dan.. suur.. banyak sekali air seni yang keluar dari memeknya. Aku sendiri hanya sedikit sekali kencingku. Setelah acara pipisnya selesai, Tika aku gendong dan aku dudukkan di pinggir ranjangku. Lalu aku peluk dan aku belai lembut rambut panjangnya yang sampai ke pinggang.
“Ndoro.. Tika belum cebok.. nanti memeknya Tika bau lho.. Ndoro..”. “Nggak apa-apa Nduk.. biar nanti Ndoro yang bersihin memeknya Tika.. Tika bobok disini ya.. sama ndoromu ini..”. Kemudian Tika aku angkat dan mulai aku baringkan di ranjang empukku ini. Tangganku mulai aktif membelai rambutnya, pipinya, bibirnya.. dan juga payudaranya yang lumayan montok. Pada saat tanganku mengelus pahanya.. “Ndoro.. kenapa mengusap-usap kaki Tika yang lecet..”. “Oh iya Nduk.. Ndoro lupa..”. Tahu sendirilah, aku memang benar-benar sudah horny untuk mencicipi Tika, gadis kecilku ini. Bayangkan pembaca, disebelahku ada gadis 14 tahun yang begitu polos, dan dia diam saja ketika tanganku mengelus-elus seluruh tubuhnya. Pembaca.. gimana udah belum ngebayanginya.. udah belum..! udah yaa.. aku terusin ceritanya.

Kemudian aku jongkok diantara kakinya dan mulailah aku singkap rok yang dipakai Tika sampai ke pinggang. Sekarang terpampanglah dihadapanku seorang gadis kecil usia 14 tahun denga bibir kemaluan yang masih belum ditumbuhi bulu. Setelah pahanya aku kangkangkan, terpangpanglah segaris bibir memek yang dikanan-kirinya agak mengelembung.., eh maksudku tembem. Dengan jari telunjuk dan Ibu jari aku berusaha untuk menguak isi didalamnya. Dan ternyata.. isinya merah muda, basah karena ada sisa pipisnya yang tadi itu lho dan juga agak mengkilap. Tangankupun mulai mengelus memek keperawanannya, dan sesekali aku pijit, pelintir dan aku tarik-tarik clitorisnya. Ake sendiri heran clitnya tikaku ini ukurannya nggak kalah sama ibunya. “Aduuh.. Ndoro.. memeknya Tika diapain.. Ndoro..”. “Tenang Nduk.. nggak apa-apa.. Ndoro mau nyembuhin luka kamu kok.. Tika diam saja yaa..”. “Inggiih.. Ndoro..”. Setelah Tika tenang, akupun mulai menjilati memeknya dan memang ada rasa dan bau pipisnya Tika. “Ndoro.. jangaan.. Tika malu ndoroo.. memek Tika kan bau..”. Aku bahkan sempat memasukkan jariku ke liang perawannya dan mulai aku kocok-kocok dengan pelan. Tikapun mulai menggelinjang dan mengangkat-angkat pantatnya. Aku pun mulai menyedot memeknya Tika dengan kuat dan aku lihat Tika menggigit bibir bawahnya sambil kepalanya digoyang kekanan kiri. “Ndoroo.. geli Ndoro.. memeknya Tika diapain sih ndoroo..”. Akupun tidak peduli dengan keadaan Tika yang kakinya menendang-nendang dan tangannya mencengkeram seprei ranjangku sampai sobek disana sini. Dan akhirnya.. “Ndoroo.. sudah Ndoro.. Tika mau pii.. piis dulu Ndoro..”. Dan tidak lama kemudian “Ssuur.. suur.. suur..” Banyak sekali cairan hangatnya membanjiri mulutku. Aku berusaha sekuat tenaga untuk menelan semua cairan memeknya yang mungkin baru pertama kali ini dikeluarkannya. Setelah kujilati dan kuhisap sampai bersih, akupun tiduran disebelahnya dan kurangkul tikaku ini. “Ndoro.. maafin Tika ya.. Tika tadi pipis di mulutnya Ndoro.. pipis Tika bau ya Ndoro..”. “Nggak apa-apa Nduk.. tapi Tika harus dihukum.. karena udah pipis dimulut Ndoro..” “Tika mau dihukum apa saja Ndoro.. asalkan Ndoro nggak marahin Tika..”. “Hukumannya, Tika gantian minum pipisnya Ndoro.. mau nggak..”. “Iya Ndoro..”.

Akhirnya aku keluarkan kontolku yang sudah tegang. Begitu kontolku sudah aku keluarkan dari CDku, Tika yang masih terlalu polos itu menutup wajahnya dengan kedua tangannya. Aku lihat wajah Tika agak memerah. Setelah aku lepaskan kedua tangannya, aku sodorkan kontolku kedepan wajahnya dan aku suruh Tika untuk memegangnya. “Nduk.. ayo dipegang dan dielus-elus..! “Inggih Ndoro.. tapi Tika malu Ndoro.. Tika takut Ndoro..”. “Nggak apa-apa Nduk.. ini nggak nggigit kok.. ini namanya kontol Nduk..”. Kemudian gadis kecilku ini mulai memegang, mengurut, meremas dan kadang-kadang diurut. “Nduk.. kontolnya ndoromu ini diemut ya..”.
“Tapi Ndoro.. Tika takut Ndoro.. Tika jijik Ndoro..”. “Nggak apa-apa Nduk.. diemut saja seperti saat Tika ngemut es krim.. ayo nanti Tika Ndoro kasih es krim.. mau ya..”.“Benar Ndoro.. nanti Tika dikasih es krim..”.”Iya Nduk..”.

Tika pun jongkok diantara pahaku dan mulai memasukkan kontolku ke mulutnya yang mungil. Agak susah sih, bahkan kadang-kadang kontolku mengenai giginya. “Nah gitu nduuk.. diisep ya.. yaa.. ya gituu.. nduuk..”.

Sambil Tika mengoral kontolku, kaos lusuhnya Tika pun aku angkat dan aku lepaskan dari tubuh mungilnya. Aku elus-elus teteknya dan kadang aku remas dengan keras. “Aku gemes banget sih sama payudaranya yang bentuknya agak meruncing itu”. Sekitar 12 menit kemudian, aku rasakan kontolku sudah berdenyut-denyut. Aku tarik kepala Tika dan aku kocok kontolku dimulut mungilnya.. dan.. aku tekan sampai menyentuh kerongkongannya dan akhirnya “.. croot.. croot.. croot.. cruut..!” Cairan pejuhku sebagian besar tertelan oleh Tika dan hanya sedikit yang menetes keluar dari mulutnya. “Ndoroo.. pipisnya banyak banget.. Tika sampai mau muntah..”. “He.. eh.. nduuk.. tapi enak kan.. pipisnya Ndoro..”. “Inggih Ndoro.. pipis Ndoro kental banget.. Tika sampai nggak bisa telan.. agak amis Ndoro..”. Aku memang termasuk laki-laki yang suka merawat tubuhku. Hampir setiap hari aku fitnes. Menuku setiap hari: susu khusus lelaki, madu, 6 butir telur mentah, dan juga suplemen protein produk Amerika. Jadi ya wajar kalau spermaku kental dan agak amis.

Kemudian aku peluk bidadariku kecilku ini dan sesuai janjiku dia aku kasih es krim rasa vanilla. Setelah habis Tika memakan es krimnya, dia aku telentangkan lagi diranjangku. Terus aku kangkangkan lagi pahanya dan aku mulai lagi menjilati memek tembemnya. terus terang saja aku penasaran sebelum membobol selaput daranya. “Ndoro.. mau ngapain lagi.. nanti Tika pipis lagi lho Ndoro..”. “Nggak apa-apa Nduk.. pipis lagi aja Nduk.. Tika mau lagi khan es krim..” “Mau Ndoro..”. Setelah aku siap, pahanya aku kangkangkan lagi lebih lebar, dan aku mulai memasukkan kepala kontolku ke lubang surgawinya. Baru masuk sedikit, tikaku meringgis.
“Ndoro.. memek Tika diapain.. kok sakit..” Aku sempat tarik ulur kontolku di liang memeknya. Dan setelah kurasa mantap, aku tekan dengan keras. Aku rasakan ujung kontolku merobek selaput tipis, yang aku yakin itu adalah selaput daranya. “Ndoorroo.. sakiit..” Langsung aku peluk Tika, kuciumi wajah dan bibir mungilnya. “Nggak apa-apa Nduk.. nanti enak kok.. Tika tenang saja ya..”. Setelah kudiamkan beberapa saat, aku mulai lagi memompa memeknya dan aku lihat masih meringis sambil menggigit bibir bawahnya. “Oohh.. ahh.. auuhh.. geli Ndoro.. ahh..” itulah yang keluar dari mulutnya Tika. “Auuhh.. oohh.., Ndoro.., periih.., aahh.. gelii Ndoro.. aahh..,”.

SAmbil aku terus meusuk-nusuk memeknya, aku selalu perhatikan wajah imutnya Tika. Sungguh pemandangan yang luar biasa. Wajahnya memerah, bibirnyapun kadang-kadang menggigit bibir bawahnya dan kalau aku lihatnya matanya terkadang hanya terlihat putihnya saja. Kedua kaki Tika pun sudah tidak beraturan menendang kesana-kesini dan juga kedua tangannya menarik-narik seprei kasurku hingga terlepas dari kaitannya. “Auuhh.. oohh.., ndoroo.., aahh.. ooh.. aahh, ndoroo..”. Aku mulai rasakan ada denyutan-denyutan vaginanya di kontolku, pertanda tikaku sebentar lagi orgasme. Kepala Tika pun mulai menengadah ke atas dan kadang-kadang badannya melengkung. Sungguh pemandangan yang sensasional, gadis 14 tahun yang masih begitu polos, tubuhnya mengelinjang dengan desahan-desahan yang betul-betul erotis. Aku yakin para pembaca setuju dengan pendapatku, tapi tangannya pembaca kok megang-megang “itu” nya sendiri, hayo udah terangsang ya. Aku tahu kok, nggak usah malu-malu, terusin aja sambil membaca ceritaku ini. “Oohh.. ahh.. auuhh.. geli ndoroo.. ahh..”
“Ndoroo.. Tika mau pipiiss.. ndoroo..” “Seerr.. suurr.. suurr.., kontolku seperti disiram air hangat..”. Aku peluk sebentar tikaku untuk memberikan kesempatan gadis kecilku menuntaskan orgamesme. Setelah agak reda, aku lumat-lumat bibir mungilnya. “Maapin Tika ya Ndoro.. Tika pipis dikasurnya Ndoro..”. “Tika malu Ndoro.. udah gede masih ngompol di kasur..”.
“Nggak apa-apa Nduk.. (lugu sekali gadisku ini).. Ndoro juga mau pipis di kasur kok..”. Aku sendiri sudah nggak tahan. Kakinya aku angkat, lalu kuletakkan di pundakku. Dengan posisi ini kurasakan kontolku menyentuh dinding rahimnya. Memeknya jadi becek banget, dan aku mulai mempercepat sodokan kontolku. “Ndooro.. Tika capek.. Tika mau bobok.. ndooroo..”.
“Iya nduuk.. Tika bobok saja yaa..”. “Memeek Tika periih.. ndooroo..”.

Kutekan keras-keras kontolku ke liang kenikmatannya dan kutarik pantatnya dan “croot.. cruut.. croot.. croot.. cruut.. croot..!”. Aku muntahkan pejuhku kedalam rahimnya. Aku cabut kontolku dari memek tembemnya, terlihat lendir putih bercampur dengan darah segar mengalir keluar dari liang kemaluannya. “Ndoro.., kenapa Ndoro pipis diperutnya Tika.., perut Tika jadi hangat Ndoro..”. “Iya nduuk.., biar kamu nggak kedinginan.., ayo sekarang Tika bobok ya.., sini Ndoro kelonin..”. “Inggih Ndoro.., sekarang Tika capek.., Tika pengen bobok..”. Aku perhatikan memeknya sudah mulai melebar dan agak membelah dibandingkan sebelum aku perawanin. Aku peluk dia dan aku cium dengan mesra Tika, si gadis kecilku. Aku dan tikapun akhirnya tertidur dengan pulas. Nikmaat.

Para pembaca yang setia, aku mau menyambung ceritaku yang dulu, dimana akhirnya keperjakaanku, aku serahkan ke gadis kecilku Tika. Setelah mengalami ML yang benar-benar berkesan itu, aku dan tikaku akhirnya tertidur pulas sampai pagi. Walaupun pada malam harinya, aku sempat terbangun dan ingin mengulanginya lagi, namun setelah aku lihat tikaku tidur dengan nyenyaknya, aku jadi kasihan untuk membangunkannya.

Pagi nan cerah di hari itu, aku bangun dan langsung ke kamar mandi untuk buang hajat. Sambil menikmati sebatang rokok putih kesukaanku, aku nikmati tubuh polos tikaku yang masih tergolek di ranjangku. Tikaku masih tertidur pulas, terkadang dia menguap dan mengeliat. Disaat aku sudah selesai dan mau berdiri, tiba-tiba saja tikaku bangun dari tidurnya dan lari ke arahku.“Ndoro.., Tika mau pipiis..”.Kemudian tikaku yang telanjang itu langsung jongkok dan “Suur..”.Eh.. baru sedikit keluar pipisnya, Tika ini memelukku dan akhirnya menangis.“Kenapa menangis nduk.., dan pipisnya kok nggak jadi..! “Tika nggak mau pipis.., memek Tika perih Ndoro..”.

Aku sempat berpikir, mungkin rasa perih di memeknya itu disebabkan luka ataupun lecet di selaput daranya yang semalem baru saja aku perawanin.“Ayo nduk pipis lagi.., nanti perut Tika bisa sakit lho kalau nahan pipis..”.“Pokoknya Tika nggak mau pipis lagi.., Tika takuut..”. Aku sendiri bingung, kalau terlalu lama pipisnya ditahan, pasti perut tikaku akan sakit. Karena aku lihat wajah tikaku gelisah menahan pipisnya dan juga kedua tanganya memegangi memeknya agar pipisnya nggak menerobos keluar. Kadang-kadang Tika jongkok, terkadang berdiri, dan aku pikir air seninya pasti sudah di ambang saluran vaginanya sehingga tikaku gelisah sekali. Sesekali badannya mengeliat dan wajahnya meringis.“Ayo nduuk.., pipisnya dikeluarin lagi ya..”.“Nggak mau.., Tika nggak mau pipis lagi..!’ Setelah itu tikaku nangis lagi sambil kedua tangannya masih berusaha memegangi memeknya agar pipisnya nggak keluar. Kemudian Tika aku suruh duduk bersandar di klosetku.“Ya sudah.., sini nduuk.., Tika duduk disini yaa..”.“Iya Ndoro.., tapi Tika nggak mau pipis lagi lho Ndoro..”.“Nggak nduk.., coba tangannya dibuka jangan nutupin memeknya Tika..”. Setelah memeknya terbuka, aku jongkok diantara kakinya dan aku lihat disekitar pahanya masih ada bekas darah keperawanannya yang sudah mulai kering. Akupun mulai menjilati bibir memeknya. Sesekali aku masukkan lidahku dan juga jari tengahku ke lubang memeknya.“Ndoro.., memeknya Tika geli.. ndooroo..”. Aku senang sekali akhirnya tikaku bisa melupakan rasa perih di memeknya dan sekarang sudah berubah menjadi rasa geli-geli nikmat. Untuk menambah sensasinya, kedua tanganku meremas-remas kedua payudara mungilnya. Dalam hitungan menit saja, Tika sudah mulai mengeliat dan agak sedikit kejang-kejang. Badannya bersandar di sandaran klosetku dan kepalanya menengadah keatas.“Ndoro.., tii.. kaa.. mau pii.. piis..”.Tikaku akhirnya berkelejotan, badannya kedepan dan kebelakang bergantian, dan “Suur.. suur..”.Aku sendiri masih sibuk menjilati dan sesekali aku sedot air seninya. Setelah agak reda, badan Tika melemah dan kepalanya jatuh di punggungku.“Gimana nduk.., tadi pipisnya sakit nggak..”.“Nggak kok Ndoro.., tadi diapain sih Ndoro.., kok memek Tika nggak sakit lagi..”.“Nggak diapa-apain kok nduk.., sekarang Tika mandi yaa..”.“Eh.. Ndoro tadi kok minum pipisnya Tika.., apa biar memeknya Tika nggak sakit ya Ndoro..”.Aku sendiri binggung mau jawab apa, trus akhirnya aku jawab saja kalau aku haus. Dan nggak disangka-sangka tikaku mau minum pipisku.“Ndoro.., Tika juga haus.., Tika mau minum pipisnya Ndoro..”.“Jangan nduuk.. nanti Tika bisa muntah lho.. Ndoro ambilkan air putih di kulkas yaa..”.“Nggak mau..! Ndoro curang.. Tika nggak boleh gantian minum pipisnya Ndoro..”. Sambil bicara begitu, tikaku mulai menangis.Dasar tikaku ini memang masih kekanak kanakan dan sedikit manja.

Akhirnya Tika aku suruh jongkok dan membuka mulutnya lebar-lebar. Aku sendiri tidak tega mengencingi mulutnya, apalagi kalau sampai air seniku tertelan olehnya. Makanya hanya sebagian kecil saja air kencingku yang aku arahkan ke mulutnya dan sebagian besar aku arahkan ke lehernya agar tidak tertelan oleh Tika.“Gimana.., udah nggak haus lagi khan nduuk..”.
“Tika nggak haus lagi Ndoro.., pipisnya Ndoro agak panas.., Tika suka banget..”.
“Ayo nduk.., sekarang Tika mandi bareng Ndoro ya..”.Akhirnya aku sabuni seluruh badan Tika dan aku keramasi juga rambut panjangnya. Tikaku sendiri juga tidak mau ketinggalan ikut menyabuni dada, perut dan juga burungku.“Ndoro.., kontolnya kok keras banget sih..”.Sebenarnya penisku sendiri sudah tegang sekali saat aku menjilati memeknya Tika tadi. Hanya saja untuk menyetubuhi tikaku ini, aku nggak sampai hati, takut tikaku akan kesakitan lagi. Tetapi Tikaku ini memang agak manja, sambil menyabuni kontolku, terkadang dikocok-kocok. Dan yang bikin aku gemas adalah saat burungku digoyang kekanan-kekiri, seperti mainan saja.“Iiih.. lucu banget kontol Ndoro.. seperti ayunan..”.Aku sendiri hanya bisa senyum-senyum dan berusaha untuk tidak menggaulinya. Diberi angin begitu, tikaku semakin membuat aku tambah gemas. Ujung jarinya diusapkan di kepala penisku, dan di atasnya ditaruh busa sabun, habis itu terus ditiup lagi.Terus penisku diguyur air, setelah bersih terus kepala penisku diliatin lamaa sekali. Bahkan kadang-kadang kepala penisku ditekan dengan Ibu jari dan jari telunjuknya sehingga lubang kontolku agak terbuka.“Iiih.. lucu banget deh.. kontol Ndoro..”.Aku sebenarnya gemas dan juga agak marah, kontolku dijadikan mainan seperti itu. Sedangkan Tika, aku perhatikan sangat senang sekali dengan mainan barunya itu.“Ndoro.. pipisnya Ndoro.. keluarnya dari sini ya..”. sambil tangan tikaku menunjuk lubang penisku.Aku yang akhirnya tidak tahan lagi langsung melumat dan mengunyah bibir Tika sambil kedua tanganku meremasi payudaranya. Sedangkan tikaku sendiri kaget sekali, disaat dia lagi asyik-asyiknya mainin kontolku, aku dengan gemas langsung mencumbuinya.“Ndoro.. Tika kan mau mandi.. kok bibir Tika diciumin seperti semalem itu..”.“Iya nduk.. Ndoro sayang sama Tika.. sekarang Tika nungging yaa..”.“Memangnya.. Tika mau diapain ndoroo..”.

“Sudahlah.. nungging aja nduuk.. enak kok..”.Karena aku sudah benar-benar horny, langsung saja aku tusukkan kontoku ke lubang memeknya. Aku lihat tikaku memang agak meringis, tetapi tetap saja aku pompakan kontolku keluar masuk vaginanya. Nggak sampai 15 menit, aku lihat tikaku sudah kejang-kejang sambil kepalanya digoyang-goyang sehingga rambut panjangnya berantakan nggak karuan dan aku rasakan kontolku dibasahi air mani hangatnya. Aku juga nggak lama kemudian “Croot.. croout.. cruut..!”. Aku masukkan lagi pejuhku ke liang vaginanya. Terus aku peluk dan kulumat lagi bibir mungilnya. Setelah aku mandiin Tika, terus aku gendong ke kamarku. Aku sendiri terus berpakaian dan aku pakaikan juga rok dan kaus lusuhnya. Setelah kelihatan rapi, aku masih sempat sekali melumat bibirnya sebelum aku gandeng tanganya untuk sarapan bareng Intan dan Mbok Inemku. Setelah selesai mandi, Tika aku gandeng ke meja makan dan ternyata Intan sudah mulai mencicipi sarapan paginya. Aku lihat di meja makan sudah ada makanan lengkap dan aku pikir pasti Mbok Inemku yang masak dari bahan-bahan yang ada di kulkas.“Selamat pagi.., Intan..”.

“Pagi om..”. Oh iya, Intan ini memang agak lain, dia memanggilku dengan sebutan om dan kalau aku perhatikan, Intan ini sedikit lebih dewasa dibandingkan Tika. Tika memang sifatnya agak sedikit manja.
“Intan.., mana Ibu kamu, kok nggak kelihatan..”.“Ibu lagi mandi om.., Mbak Tika makan yuk bareng Intan..”.“Iya dik.., Mbak Tika juga udah lapar banget..”.
Aku dengar memang di kamar mandi belakang ada suara orang yang lagi mandi. Aku ke kamarku untuk ambil handuk buat Mbok Inemku. Terus aku menuju ke belakang dan kuketuk pintunya. Mbok Inemku mungkin mengira yang mengetuk pintu adalah Tika sehingga pintunya dibuka lebar-lebar.

“Aaa.. deen..”.Mbok Inemku berteriak keras banget sampai aku kaget. Dan yang bikin aku lebih kaget lagi adalah tubuh polosnya. Kepala Mbok Inem hanya bisa menunduk dengan wajah kemerahan menunjukkan rasa malu yang luar biasa. Tangan kanannya berusaha menutupi kedua payudara namun tidak bisa menampung semua kedua gundukan daging yang ada didadanya. Sedangkan tangan kirinya berusaha menutupi kemaluannya yang dipenuhi jembut yang luar biasa lebatnya.Aku sendiri tidak beranjak dari pintu dan terus saja kuperhatikan Mbok Inemku ini. Adegan ini berlansung agak lama, sampai Mbok Inemku sendiri nggak tahan aku liatin terus.“Aaa.. deen..”.Sambil berkata itu, Mbok Inemku membalikkan badan berusaha menutupi bagian tubuh depannya.

Aku hanya mencubit pantatnya saja, nggak lebih dari itu.“Aaa.. deenn..”. Mbok Inemku kaget sekali, tetapi dia tidak bergerak dan tetap dalam posisi membelakangiku.
Aku akhirnya punya ide yang sangat cemerlang. Aku yakin pembaca tidak akan mampu menciptakan ide sehebat ideku. Pembaca: “Uuh.. dasar penulis sombong.. sok pinter..”.Begini nih ideku. Tapi pembaca jangan nyontek ideku ya, sebab sudah aku hak patenkan, ya walaupun belum masuk MURI. Disaat dia masih terus membelakangiku, baju dan CDnya yang sudah lusuh aku ambil dari gantungan tanpa sepengetahuannya dan aku bawa kekamarku. Dikamar, ketika aku cium CDnya yang sudah tidak berbentuk itu, aduuh bau kewanitaannya sangat menyengat dan lagi-lagi aku mau muntah. Mungkin sudah berhari-hari tidak dicuci, ya karena hanya itu baju dan CDnya sehingga tidak ada gantinya. Aku langsung ke meja makan ikut menikmati sarapanku bersama Tika dan Intan. Sambil menyantap hidangan di meja, aku arahkan pandangan mataku ke kamar mandi belakang dan aku masih bisa mendengar suara Mbok Inemku yang melanjutkan acara mandinya. Selang beberapa saat aku lihat kamar mandi sedikit terbuka dan aku perhatikan Mbok Inemku kelihatan binggung mencari bajunya. Disaat Mbok Inem menuju ke kamarnya, aku berdiri menuju ke arahnya dan dia kaget sekali, terus dialari ke arah garasi dalam keadaan telanjang bulat, bugiil.. giil.. giil.. giil! Bener lho pembaca..! Pembaca: “Iya.. iya.. aku tahu.. bikin aku ikut horny saja..”. Terus aku ikuti dia dan aku lihat Mbok Inemku binggung mau sembunyi dimana. Aku terus mendekat dan Mbok Inemku semakin tambah nervous dan tanpa pikir panjang lagi langsung masuk ke mobilku. Aku tanpa basa-basi lagi langsung membuka pintu belakang dan aku lihat Mbok Inemku duduk di jok belakang sambil memeluk kedua kakinya untuk menyembunyikan bagian sensitifnya. Disaat aku ikut masuk dan duduk disebelahnya, Mbok Inemku mau lari keluar. Langsung saja aku tarik tangannya dan aku peluk Mbok Inemku dan aku belai lembut rambut panjangnya yang masih basah. “Adeen.. si Mbok mau diapain Den.., si Mbok takuut..”. “Kenapa musti takut Mbok.., aku nggak akan menyakitimu kok Mbok..”. Aku lihat Mbok Inemku mulai menangis.
“Si Mbok malu Den.., si Mbok kan nggak pakai baju..”.Kemudian aku pegangi wajahnya dan aku mulai hapus air mata yang terus saja menetes. Setelah mulai agak reda tangisnya, aku angkat dagunya, terus aku lumat bibirnya yang terlihat masih sangat seksi. Mbok Inemku berontak lagi sehingga aku harus memeluknya lagi dan aku jelaskan kalau aku tidak akan menyakitinya. Setelah agak tenang, aku mulai lagi mengulum bibirnya dan tangan kananku mulai meremas bongkahan payudaranya. Mbok Inemku hanya bisa mendesah dalam kuluman mulutku dan ketika tanganku mulai mengusap-usap vaginanya, Mbok Inemku berontak lagi dan bisa lari ke kursi depan dan berusaha membuka pintu. Usahanya sia-sia, karena pintunya sudah aku central lock. Aku ikut ke depan dan sandaran kursi yang diduduki Mbok Inem aku tarik kebelakang sehingga Mbok Inemku jatuh telentang dikursinya. Aku lansung menindih tubuh Mbok Inemku dan berusaha melepas celana pendek dan CDku.“Deen.., jangan Den.., si Mbok takut Den..”.“Nggak apa-apa kok Mbok.., jangan nangis gitu dong mbook..”.
“Jangan perkosa si Mbok deenn.., si Mbok khan sudah tua deen..”.“Kamu masih cantik kok Nem..”.Aku sendiri sudah mulai kurang ajar dengan hanya memanggil namanya saja. Terus kuregangkan kedua kakinya, penisku yang sudah semakin keras, secara pelan pelan aku dorong menembus bibir vaginanya. Lalu kutekan lagi memeknya sampai kedua kakinya bergetar ketika penisku masuk semuanya kedalam lobang kelaminnya.

“Aduuh deen.., memek si Mbok sakiit deen..”. Ya mungkin sudah lama sekali bibir memeknya tidak dimasuki penis lelaki.Setelah agak lama aku memompa memeknya, tiba-tiba ada suatu kekuatan besar yang hendak keluar dari penisku. Dan beberapa saat kemudian, tubuhku meregang, dan.. “croott.. croott.. creep.. cruuoott..” Spermaku muncrat kedalam rahim Mbok Inemku. Tubuhnya pun iku mengejang ngejang pertanda dia juga sudah orgasme. Aku terus perhatikan wajahnya yang masih menikmati gelombang orgasmenya. Setelah agak tenang, barulah Mbok Inemku tersadar dari orgasmenya. Mbok Inem langsung menutup wajahnya menyembunyikan rasa malunya. “Mbook.., teteknya kok nggak ditutupin..”. Aku memang sengaja menggodanya.Dan secara reflek, dia berusaha menutupi payudaranya dengan kedua tangannya. Sehingga aku dengan leluasa menikmati wajah cantiknya. Merasa aku perhatikan terus, wajahnya mulai memerah menahan malu. Aku sendiri yang masih menindih tubuhnya, merasa kasihan dan aku cabut kontolku yang masih betah menancap di memeknya. Lalu aku keluar dari mobil untuk mengambilkan bajunya. Dan aku masih sempat melihat ada air mata yang membasahi pipinya.
Setelah Mbok Inem mamakai baju dan ikut duduk di sofa tengah, aku pamit kepadanya untuk mengajak Tika dan Intan belanja baju di mall. Hampir 1 jam aku belanja di mall untuk membelikan baju Intan, Tika dan Mbok Inemku. Masing-masing aku belikan 4 stel baju. Tika dan Intan aku belikan juga CD, dan bra-nya tidak, karena aku pikir nanti hanya akan menghambat pertumbuhan payudaranya. Sedangkan Mbok Inemku tidak aku belikan CD dan bra karena aku belum tahu ukurannya. Ketika aku serahkan bajunya, Mbok Inemku kelihatan bahagia sekali dan aku minta untuk mencobanya. Mbok Inemku langsung lari kekamarnya, sedangkan Tika dan Intan tanpa malu-malu mencoba satu-persatu bajunya di depanku. Aku sempat perhatikan bibir memek Tika sudah agak membelah sedangkan memeknya Intan hanya membentuk garis vertikal. Tetapi untuk kemulusan kulitnya,si Intan sedikit lebih putih dibandingkan Tika. Aku sendiri merasa ikut senang bisa membahagiakannya. Disaat aku sedang memperhatikan Tika dan Intan, dari arah kamar belakang muncul Mbok Inemku dengan daster barunya. Aku sempat terpana, melihat lekuk-lekuk tubuhnya dibalik dasternya yang agak diatas dengkul dan pas banget dibadannya. Bongkahan bokongnya sangat sekal dan kedua tonjolan payudaranya sangat menantang untuk diremas. Aku juga sempat melihat Mbok Inemku menangis bahagia melihat kedua anaknya senang. “Matur nuwun deen.., si Mbok sudah dibelikan baju..”. “Iya Mbok.., sini duduk di sofa dekat aku..”.
Sedangkan Tika dan Intan sendiri sudah sibuk menonton film kartun dari vCD yang aku belikan tadi.“Mbook.., maaf ya aku belum sempat membelikan CD dan bra buat kamu.., aku khan belum tahu ukurannya..”“Nggak apa-apa Den.., CD si Mbok yang lama mana Den.., si Mbok mau pakai lagi..”.“Ada di kamarku Mbok.., ambil saja sendiri..”.
Aku ikuti dia dari belakang, dan Mbok Inem menemukan CDnya diranjangku dan mulai memakainya. Baru sampai dipahanya, aku masuk dan dia kaget sekali.
Deen..”.“Mbok CDnya kan sudah bau.., jangan dipakai lagi yaa.., nanti aku belikan yang baru..”.Kemudian aku dudukkan dia di tepi ranjangku.“Aku lepasin lagi ya Mbok CDnya..”.Tanpa seijinnya, aku singkap dasternya dan CD yang baru sampai dipahanya itu mulai aku tarik kebawah sampai terlepas. Kemudian aku duduk disebelahnya dan mulai memeluk dia.“Deen.., jangan Den.., si Mbok sudah tua deen..”.Mbok Inemku ini usianya memang sudah 42 tahun, tetapi dibandingkan teman-teman kerjaku ataupun mahasiswi-mahasiswi kenalanku, mereka semua nggak ada apa-apanya.“Siapa bilang Mbok.., kamu masih cantik kok.., dan juga badan Mbok masih seksi kok..”. Akupun mulai membelai rambut dan wajahnya dan aku lihat dia hanya memejamkan matanya. Aku angkat dagunya dan aku mulai melumat bibirnya dengan rakus. Mbok Inemku sempat berontak dan setelah aku beri pengertian, dia mulai pasrah. Ini membuat saya sedikit lebih berani untuk meremas tonjolan payudaranya. Saya mencoba untuk melakukannya lebih jauh lagi. Kali ini tangan saya perlahan-lahan saya arahkan ke bagian selangkangannya. Dia masih tidak menolak, jadi saya bisa merasakan lembutnya bibir kemaluannya.
Kepasrahannya semakin melambungkan kekurangajaran saya. Tangan saya mulai menyelinap ke balik pakaiannya. Saya kembali meremas-remas payudaranya secara langsung. Kali ini langsung menyentuh permukaan kulitnya. Saya lakukan sambil mencium lehernya dengan lembut. Suara desahan lembut mulai terdengar dari bibirnya. Disaat saya mulai meremas belahan memeknya,

agak sulit memang mencari lubang vaginanya karena jembutnya sangat lebat. Jari tengahku, saya tekan sedikit demi sedikit dan perlahan ke belahan kemaluannya. Saat itulah dia tersentak dan berusaha menahan tangan saya. Dia menatap mata saya.

“Deen.., si Mbok malu deenn..”.“Tenang saja Mbok.., Mbok boleh aku panggil namamu saja..”. Dia cuma diam saja.“Oh.. iya nem.., aku cukur ya jembut kamu biar bersih..”. Dia juga cuma diam saja.Memang Inemku ini sifatnya agak pemalu. Aku ambil silet cukur dan menyuruhnya untuk tiduran. Kemudian aku jongkok diantara kakinya dan mulailah aku singkap daster yang dipakainya sampai ke pinggang. Setelah pahanya aku kangkangkan, dibalik jembut lebatnya itu terdapat bongkahan daging merah dengan celah yang sempit dan dari situ tersembul seonggok daging kecil seperti kacang merah merekah yang mencuat keluar.

Aku pun mulai mencukur habis jembut Inemku sampai bersih dan aku cuci memeknya sampai bersih.“Nem.., dasternya dibuka ya.., aku mau cukur sekalian bulu ketek kamu..”.“Nggak usah deen.., si Mbok malu..”.“Nggak usah malu nem.., ayo berdiri sini..”.Terus aku angkat dia dan dasternya mulai aku lucuti sampai terlepas. Inemku langsung menutupi payudara dan vaginanya. Dengan sedikit paksa, akhirnya aku berhasil mencukur habis bulu keteknya.

Kemudian aku suruh dia duduk di tengah ranjangku. Aku ambil kaca rias di meja dan aku suruh dia membuka pahanya. Terus aku taruh kaca riasku didepan memeknya. Aku suruh Inemku untuk melihat vaginanya sendiri “Nem.., coba kamu lihat memekmu itu..”.

Segera saja Inem memperhatikan memeknya dari kaca rias. Dia agak kaget melihat vaginanya sendiri. Mungkin baru kali ini dia melihat memeknya sendiri dengan jelas dan dia kaget kenapa bentuknya agak menggelembung di kanan kirinya, dan diatasnya ada daging kecil yang mencuat keluar. Bahkan Inemku sempat juga menarik dan memelintir clitorisnya sendiri.Akhirnya dia sadar kalau aku juga ikut melihat memeknya dengan jelas.“Deen.., si Mbok malu..”.Dan dia berusaha menutupi wajahnya yang memerah dengan memelukku dan menyembunyikan wajahnya di dadaku. Aku peluk dan aku belai lembut wajah dan rambutnya. Terus aku lumat bibirnya, kuhisap-hisap mulut dan lidahnya, kujelajahi rongga mulutnya dengan lidahku. Air liur yang keluar dari bibirnya aku hisap. Air liur yang meluber dan membasahi pipinya aku jilati sampai bersih. Tanganku tidak mau tinggal diam dan ikut meremas payudaranya. Tangankupun mulai mengelus dan meremas-remas memeknya. Akhirnya Inem aku baringkan dan aku jongkok diantaranya pahanya. Aku kangkangkan pahanya lebar-lebar dan aku mulai mainin memeknya. Terasa sekali memeknya sangat lembut dan empuk. Sesekali aku pelintir clitorisnya. “Aduuh.. sakiit.. deen.. ooh.. gelii.. deen.. aacgh..”. Aku pun mulai mengelus dan menyedot memeknya dengan kuat. Setelah puas dibagian memeknya, Inem aku balikkan badannya sampai tengkurap. Akupun langsung meremas bongkahan montok pantatnya, aku jilati sampai bokongnya basah oleh air liurku, dan sesekali aku gigit hingga meninggalkan guratan merah di bokongnya. Aku sendiri penasaran dan agaj jijik untuk menjilati anusnya Inem. Namun setelah aku buka lebar-lebar lipatan pantatnya, dan terlihatlah lubang kecil yang dikelilingi garis-garis keriput yang bentuknya melingkar.

Rasa jijik yang semula menghinggapiku berubah menjadi sebuah sensasi untuk menjilati dan menyedot terus tiada henti. Aku sendiri heran, kenapa daerah lipatan bokong Inemku bisa bersih, putih mulus dan baunya sangat khas.

“Aaa.. deen, geli deen.., jangan dijilati deen.., itu khan bau deen.., joo.. roochk.., deen..”. Setelah aku puas,kemudian aku telentangkan lagi Inemku dan aku sedot terus bibir memek dan clitnya.“Deen.. sudah deen.. si Mbok mau pii.. piis deen..”.Dan tidak lama kemudian “Suur.. suur.. suur..” banyak sekali.. cairan hangatnya membanjiri mulutku. Aku berusaha untuk menelan semua air mani yang sudah bertahun-tahun tidak dikeluarkannya.

Setelah kujilati dan kuhisap sampai bersih, akupun tiduran disebelahnya dan kurangkul Inemku ini. Aku mulai lagi memeras payudaranya yang kalau aku perhatikan jauh lebih putih dari wajahnya, bahkan urat-uratnya pun kelihatan jelas.“Neem.., bokong kamu montok lho.., aku suka nem..”.
“Iiih.., Adeen.., Inem malu Den.., itukan jorok deen..”.Tanganku pun memeras dan mulutku menjilati dan menyedot buah dadanya secara bergantian dengan lahap.“Deen.., sudah deen.., jangan deen..”.Aku terus saja gigit pelan putingnya yang mulai keras. Kedua tangannya aku angkat ke atas dan terlihatlah kedua daerah ketiaknya yang sudah bersih dari rambut lebatnya. Aku jilati, aku sedot dan bahkan aku gigit sampai Inemku menggelinjang menahan geli di keteknya.“Deen.., ooh.., deen..”. Aku lihat Inem sudah mulai pasrah dengan mata terpejam.

Akhirnya aku berdiri di kasur, dan aku keluarkan kontolku yang sudah tegang. Begitu kontolku sudah aku keluarkan dari CDku, aku suruh Inem untuk memegangnya.“Nem.. sekarang coba kamu pegang dan elus-elus kontolku..!”Si Mbok pun jongkok diantara pahaku dan mulai mengusap-usap kontolku.“Nem.., menurut kamu kontolku gimana..”.“Inem ngeri deen.., kontol Aden ototnya kok sampai menonjol seperti ini sih deen..”. Sambil berkata begitu, Inemku mulai mengelus-elus otot-otot kontolku dengan jari telunjuknya.“Deen.., jembut Aden kok lebat banget sih deen..”.“Ya sudah.., sekarang Inem gantian cukur jembut Aden sampai gundul yaa..”.“Iyaa.., deen..”. Inem pun mulai mencukur habis jembutku, dan bahkan rambut halus disekitar anuskupun ikut dicukurnya. Sedangkan bulu ketiakku aku biarkan tetap rimbun apa adanya. “Neem.., coba kamu emut kontolku..”.

“Iiih adeen.., si Mbok jijik deen..”.“Eeh neem.., dicoba dulu yaa.., kamu nati pasti suka..”.Akupun mulai memasukkan kontolku ke mulutnya. Lidah dan air liur Inempun akhirnya membasahi kontolku dan rasanya hangat sekali.“Iya neem.. terus.. neemm..”.Sesekali Inem melepaskan kontolku untuk mengambil napas.“Adeen.., kontol adeen rasanya kok asin..”Ya mungkin Inem sudah mulai merasakan precum yang keluar dari penisku.

Setelah puas kontolku diperkosa mulut Inem, aku merubah posisi dengan tidur tengkurap.“Neem.., jilati bokong Aden yaa..”.“Iya deen.., tapi Inem jiik deen..”.Inem pun mulai menjilati bongkahan pantatku dan bahkan Inemku mulai menggigit agak keras, sehingga aku yakin banyak sekali cupang-cupang merah di daerah bokongku. Selang beberapa saat, aku mulai merasakan Inemku berusaha keras membuka lipatan pantatku. Kelihatannya Inem agak kesulitan. Sehingga aku merubah posisi menjadi nungging dan kedua kakiku aku pentang lebar-lebar.Sekali lagi Inem membuka lipatan bokongku dan sepertinya Inem bisa melihat jelas daerah di sekitar lubang anusku. Aku sempat menoleh kebelakang dan kulihat Inem sambil menutup mulutnya tertegun agak lama melihat lobang anusku.“Hayoo.., Inem lagi ngliatin apa.., kok kelihatannya suka banget..”.Inemku kaget dan malu sambil menindukkan wajahnya.“Lii.. li.. liatiin.. itunya adeen.., iih Aden.., Inem jadi malu..”.“Neem.., jilatin lobangnya Aden jijik nggak..?, kalo Inem jijik ya nggak usah.., nanti kamu bisa muntah..”.“Inem nggak jijik kok Den.., bokong Aden bersih dan nggak bau.., lagian Aden tadi juga nggak jijik jilatin bokongnya si Mbok..”.Inempun mulai menjilati lobang anusku dan bahkan disedot habis sampai aku merinding geli. Kadang-kadang jarinya ditusuk-tusukkan ke lobang anusku dan mulutnya menjilati buah zakarku. Sambil merasakan geli-geli nikmat, aku terus perhatikan payudara dan memek montok Inemku yang terlihat diantara kakiku yang mengangkang. Aku lihat juga sudah banyak air liur Inem yang menetes diantara kakiku membasahi seprei.Aku sebenarnya sudah diambang orgasme tetapi aku usahakan untuk tetap bertahan.“Iiih Inem jorok.., kamu suka ya neem ama lobangnya Aden..”.Aku goda begitu, Inemku hanya bisa tersenyum MALU. Inemku masih terus saja menjilati dan menyedot daerah anusku dengan SABAR dan TELATEN.
Oh.. iya pembaca, Inemku ini memang sifatnya sabar dan telaten, walaupun agak pemalu, sehingga kalau aku tidak suruh berhenti menjilati anusku, bisa-bisa seharian Inem terus saja menjilati anusku.Pembaca (laki-laki): iya.. iya.. aku tahu.. gitu aja diomongin.. huuh.. dasar..! eehm.. seandainya istriku sesabar dan setelaten Inem.. ooh..Penulis (pria perkasa): tuuh.. iyakan.. para suami mikirnya jadi yang macem-macem..!
Tidak sabar aku langsung berdiri dan mulai mengocok kontolku ke mulutnya Inem. Tidak lama kemudian, aku rasakan ada sesuatu yang mendesak ingin keluar dari penisku. Aku tarik kepala Inem dan aku kocok kontolku dimulutnya dengan cepat.. dan.. aku tekan sampai menyentuh kerongkongannya dan akhirnya “croot.. croouut.. croot.. cruuoot..!” Cairan pejuhku menyemprot dengan kencang dan tertelan oleh Inem dan hanya sedikit saja yang menetes dan jatuh menetes di leher dan payudaranya. “Ihh.., Aden jorok.., kok pipisnya dikeluarin di mulutnya si Mbok..”.
“Enak nggak..!, Inem suka yaa.., kok ditelan semuanya..”. Inemku hanya tersipu malu dengan menundukkan kepalanya.“Rasanya asin deen..”.“Ya sudah.., sekarang kamu tiduran sayang..”. Kemudian aku telentangkan Inem di tengah ranjang.“Si Mbok mau diapain lagi deen.., si Mbok udah capek deen..”. Aku pun mulai menindih tubuh Inemku. Setelah aku siap, pahanya aku kangkangkan, dan perlahan-lahan kepala penisku aku masukkan ke bibir kemaluannya yang sudah basah. Terdengar suara erangannya dan badanya agak mengeliat, sedangkan matanya kelihatan agak sayu.“Aaah deen.., oh.., aacch..”.Aku tekan pelan kontolku membelah bibir memeknya. Dan setelah kurasa mantap, aku genjot kontolku dengan keras.“Aduuh.., deen.. sakiit.., aangaan deen.., sudaah deen..”Langsung aku peluk Inem, kuciumi wajah dan bibirnya. Setelah kudiamkan beberapa saat, aku mulai lagi memompa memeknya dan aku lihat Inem masih meringis sambil menggigit bibir bawahnya.
“Hmmpphh.. aachh.. auuchh.. gelii deen.. aacchh..”“Auuhh.. oohh.., deen.., aahh,.. oough..”.Aku mulai rasakan ada denyutan-denyutan kecil vaginanya di kontolku, pertanda dia sebentar lagi orgasme. Badan Inem terlonjak-lonjak, dan kedua kakinya mengejang sedangkan nafasnya kelihatan megap-megap.
“Oohh.. ahh.. auuhh.. geli deen.. aahh.. ooh..”.“Deen.. si Mbok mau pipiiss.. deen..”.“Seerr.. suurr.. suurr..”Air mani Inem membasahi kontolku yang masih tertanam di vaginanya. “Aaah.., deen.., ooh..”.Terdengar erangan kenikmatan panjang keluar dari bibir Inemku. Aku elus wajah cantik Inemku, matanya yang setengah terpejam dan rambut panjangnya yang tergerai menambah keanggunannya. Akupun mulai lagi push-up mengenjot memeknya dan aku tekan dengan keras sehingga kurasakan kontolku menyentuh dinding rahimnya.“Deen.. oockh.. deen..”. Kepala Inempun menengadah ke atas dan matanya membelalak merasakan tusukan kontolku di memeknya.“Simbook capeek.. deen..”.Akupun semakin cepat mengenjot memeknya dan “croot.. cruut.. croot.. croot.. cruuoot..!”. Inemku sempat aget merasakan ada cairan hangat yang masuk ke dalam vaginanya. Aku muntahkan cairan pejuhku kedalam rahimnya. Aku langsung ambruk menindih tubuhnya yang banjir keringat. Setelah keringatku dan Inem sudah mulai agak berkurang. Aku cabut kontolku dari lobang memeknya, terlihat memeknya agak memerah karena terlalu keras aku memompanya dan lendir putih mengalir keluar dari liang kemaluan membasahi pahanya. Aku peluk dia dan aku cium dengan mesra Inemku. Aku dan Inempun langsung mandi bareng. Di kamar mandi, aku dimandikan dia dengan sabar dan telaten sekali seperti seorang Ibu memandikan anaknya. Oh.. iya pembaca, Inemku ini memang sifatnya sabar dan telaten, walaupun agak pemalu.Pembaca: “Iyaa.. iya.., tadi khan sudah cerita.., dasar cerewet..”.Penulis: “Oh.. iya.. sorry aku lupa.. (hi.. hi.. hi..)”.
Setelah berpakaian rapi, aku dan Inem keluar kamar. Aku lihat didepan TV, Tika dan Intan sudah tertidur pulas. Aku ajak Inem duduk di sofa dan aku peluk dia sambil aku belai lembut rambut dan wajahnya. Inem hanya bisa tersenyum malu dan menyenderkan kepalanya di dadaku. Aku lihat wajahnya, ada air mata yang menetes, aku angkat dagunya dan aku lumat mesra bibirnya.Aku peluk lagi Inem dan akhirnya dia tertidur pulas dalam pelukanku. Aku perhatikan lagi wajahnya, dan terpancar ada senyum kebahagiaan di bibirnya. Seminggu kemudian Tika dan Intan aku sekolahkan lagi. Nah pembaca yang setia, di hari pertama sekolah itulah kejadiannya. Saat itu Intan baru saja pulang sekolah dan langsung tertidur di sofa dekat TV, masih dengan seragam sekolahnya. Disofa inilahi aku akhirnya merengut kegadisan intanku.

Sabtu, 18 Juli 2009

teman baikku

Sejak pengalamanku dgn Mbak Wulan aku telah melakukan kegiatan seks dgn beberapa wanita lain. Berkat bimbingan Mbak Wulan aku jadi lumayan ahli dlm hal seks untuk anak seumurku (20 thn-an) pada waktu itu. Aku pun jadi percaya diri dlm berhubungan dgn wanita.

Setelah berhubungan seks dgn bbrp wanita aku jadi menarik kesimpulan bahwa ada dua jenis manusia dlm urusan syahwat ini. Yg pertama adalah yg menurut istilahku sendiri aku sebut "pelahap seks" dan yg kedua adalah "penikmat seks".

Pelahap seks dan penikmat seks sebetulnya adalah sangat mirip, keduanya sama² sangat menyukai seks. Bedanya, pelahap seks biasanya melakukan kegiatan seks hanya untuk memenuhi birahinya saja. Ibarat orang makan itu tujuan utamanya adalah mencari kenyang, kurang mementingkan rasa dari apa yg dia makan. Jangan salah, pelahap seks tidak harus orang yg hyper-sex, nafsu birahi dia bisa biasa² saja.

Sebaliknya, seorang penikmat seks melakukan kegiatan seks dgn tujuan utama menikmati seks itu sendiri. Ibarat orang makan itu dia lebih mementingkan cita rasa makanannya. Kadang sekalipun dia tidak makan kenyang tapi bisa menikmati apa yg dia makan. Agak susah memang menerangkan hal ini, tapi itu lah yg aku simpulkan.

Mbak Wulan (dan aku) adalah para penikmat seks. Kami sangat menikmati apa yg kami lakukan tanpa harus berbuat berlebihan.

Berbeda dgn para wanita lain yg pernah berhubungan seks dgnku, mereka semua masuk kategori pelahap seks. Memang selama melakukan kegiatan seks dgn mereka aku selalu "kenyang" tapi hampir² tidak bisa menikmatinya secara lahir bathin. Semuanya berlalu tanpa kesan. Aku sampai agak pesimis apakah aku akan menjumpai seorang wanita penikmat seks seperti Mbak Wulan. Sampai satu saat aku bercinta dgn Yuni.

Maaf kepada para pembaca kalau pendahuluanku terlampau panjang dan berlarut. Se-mata² aku hanya ingin memberikan gambaran bathin apa yg aku rasakan sehingga para pembaca bisa lebih memahami apa yg aku rasakan dalam cerita pengalaman nyataku berikut ini.

Hubunganku dgn Yuni sebetulnya cukup dekat. Kami adalah teman kuliah satu angkatan dan satu jurusan. Jadi hampir setiap hari kami bertemu. Kami sering mengerjakan tugas² bersama. Saling menceritakan kehidupan pribadi kami bukan hal yg asing antara aku dan Yuni. Kami sudah menjadi sahabat yg cukup akrab. Aku juga tahu bahwa Yuni sudah punya pacar sejak SMA dan mereka sudah merencanakan untuk menikah setelah Yuni lulus nanti. Saat itu kami masih di semester 6.

Secara fisik Yuni cukup menarik. Wajahnya berbentuk oval dan manis. Tidak terlalu cantik tapi jelas tidak bisa dikatakan jelek. Tingginya sekitar 160 cm, beratnya seimbang. Rambutnya dipotong pendek dgn poni di dahinya. Kulitnya cukup putih untuk ukuran orang Indonesia. Pokoknya tidak memalukan lah kalau kita ajak jalan dia di tempat umum. Sayang ada satu kekurangannya, Yuni kurang bisa bersolek, kesannya malah agak tomboy. Ke-mana² dia hampir selalu pakai celana jeans dgn kemeja agak longgar. Padahal perilakunya sangat feminin, jadi agak kontras dan kurang cocok.

Sore itu aku sedang mengerjakan tugas di perpustakaan kampus. Yuni juga kebetulan ada disana, tapi dia di meja lain dgn beberapa teman. Aku asyik mengerjakan tugasku sendiri sehingga aku tidak memperhatikannya. Tiba² ada orang yg duduk di seberang meja. Aku lihat ternyata Yuni.

"Ngerjain apa Ben? Kok asyik banget"
"Eh ... ini tugas makalah metodologi. Kamu udah selesai Yun?"
"Yuni mah udah kelar kemarin²."
"Enak dong udah bisa santai, aku juga udah hampir selesai kok."
"Ben ke kantin yuk ... haus nih."

Aku bereskan kertas² tugasku lalu aku kembalikan buku² referensi ke raknya. Kami berdua berjalan bareng ke kantin. Obrolan kami lanjutkan di kantin sambil minum.

"Yun, aku kok udah lama ndak liat kamu sama Mas Robby. Kemana dia?"

Mas Robby adalah pacar Yuni. Dia sudah bekerja tapi biasanya suka menjemput Yuni di kampus. Aku tidak terlalu kenal dia cuman sebatas "say hello" saja.

Mendengar pertanyaanku tadi Yuni cuma menghela napas panjang. Wajahnya yg manis tiba² tampak muram. Dgn agak lirih dia menjawab,

"Kami sudah putus Ben."
"Oh ... sorry Yun. Kalau boleh tahu, kenapa Yun?"

Yuni kembali menghela napas panjang. Aku tahu mereka sudah pacaran cukup lama, mungkin ada lebih dari 3 thn. Jadi aku tahu bagaimana perasaan Yuni saat itu. Pasti berat buat dia.

Akhirnya Yuni bercerita kalau Mas Robby ternyata dekat dgn wanita lain. Ketika Yuni minta penjelasan dari dia ternyata Mas Robby malah marah². Akhirnya dua minggu yg lalu Yuni tidak mau lagi ketemu dgn dia. Sungguh malang nasib Yuni, padahal mereka sudah begitu dekat dan mereka sudah melakukan hubungan layaknya suami istri. Secara eksplisit memang Yuni tdk pernah bicara ttg hal ini kepadaku, tapi dari gelagatnya aku yakin itu.

Pembicaraan kami sore itu jadi melankolis dan kelabu. Seperti mendung kelabu yg menggelayut di langit. Satu hal yg aku kagumi dari Yuni, dia begitu tegar menerima kenyataan ini. Tak ada setitik air mata pun yg mengambang di matanya saat menceritakan perpisahannya dgn Mas Robby.

Langit sudah agak gelap pertanda datangnya senja ketika kami keluar dari kantin untuk pulang. Aku tawarkan Yuni untuk mengantarnya pulang dan dia setuju. Dalam perjalanan pulang, Yuni yg duduk di boncengan motorku tak berkata sepatah pun. Kami pun sampai di rumah Yuni.

"Masuk dulu yuk Ben," ajak Yuni sambil membuka kunci pintu rumahnya.

Beberapa kali aku pernah mengantar pulang Yuni tapi aku tidak pernah mampir ke rumah Yuni. Kali ini kebetulan aku kebelet kencing, jadi aku mau diajak masuk rumahnya.

"Aku mau numpang ke kamar mandi Yun."
"Disitu Ben," Yuni menunjuk ke salah satu pintu.

Aku segera menuntaskan urusanku di kamar mandi. Rumah Yuni sangat sederhana tapi sangat bersih dan tertata rapi. Keluarga Yuni memang bukan golongan orang yg berada. Senja itu suasana rumah Yuni sepi² saja.

"Kok ndak ada orang Yun. Orangtuamu kemana?"
"Sudah 2 hari di rumah Mbak Dewi di Solo. Dia kan baru saja melahirkan anak pertama."

Yuni pernah cerita kalau dia hanya dua bersaudara. Kakaknya, Mbak Dewi, sudah menikah dan tinggal di Solo. Jadi saat itu Yuni sendirian di rumah.

Aku baru saja hendak berpamitan dgn Yuni ketika tiba² mendung tebal yg sedari tadi menggantung di langit turun menjadi hujan yg cukup lebat.

"Pulang ntar aja Ben, Hujan tuh. Yuni bikinin kopi ya."

Tanpa menunggu jawabanku Yuni segera ke dapur dan aku dengar detingan cangkir beradu dgn sendok. Aku duduk di sofa di ruang tamu yg sekaligus berfungsi sebagai ruang keluarga itu. Tak berapa lama Yuni muncul dgn secangkir kopi yg masih mengebul di tangannya.

"Kamu ngopi dulu Ben. Yuni mau mandi dulu bentar."

Yuni kembali ke dalam dan sejenak kemudian aku dengar deburan air di kamar mandi. Aku duduk santai sambil menghirup kopi hangat yg dibuatkan Yuni. Di luar hujan semakin bertambah lebat sambil sesekali terdengar bunyi guruh di kejauhan. Suasana sudah bertambah gelap, apalagi lampu rumah belum dihidupkan.

Tiba² lampu jadi hidup terang benderang menerangi ruang tamu itu. Ternyata Yuni yg telah selesai mandi menghidupkan lampu. Aku menatap Yuni dgn pangling. Sekarang dia mengenakan kaos ketat berwarna biru tua dipadu dgn celana pendek yg sewarna. Aku melihat Yuni yg lain dari yg aku kenal. Kaos ketatnya memperlihatkan lekuk tubuhnya yg nyaris sempurna yg biasanya tersembunyi di balik kemeja longgarnya. Kulit pahanya yg putih mulus biasanya terbungkus celana jeans. Tanpa aku sadari dari mulutku terlontar kata,

"Kamu cakep dan seksi sekali Yun."

Yuni tampak tersipu mendengar kata²ku. Dia sedikit tersenyum, guratan kepedihan sudah tak tampak lagi di wajahnya.

"Ngerayu apa ngerayu nih ...," Yuni mencoba menutupi ketersipuannya dgn canda.
"Bener kok Yun ... kamu cakep banget."

Yuni duduk di sofa di ujung yg lain. Kebetulan aku duduk di ujung sofa yg dekat dgn bagian dalam rumah, sedang Yuni di ujung satunya yg dekat pintu. Kami duduk ngobrol sambil mataku tak hentinya mengagumi kemolekan tubuh Yuni. Yuni pun kayaknya suka aku perhatikan seperti itu. Entah sengaja atau tidak, kakinya disilangkan sehingga pahanya yg mulus makin tampak jelas.

Kami masih ngobrol ngalor ngidul ketika kami dikagetkan dgn bunyi guntur yg begitu keras. Seketika itu pula suasana jadi gelap gulita. Ternyata listrik mati. Secara reflek aku berdiri. Aku beranjak ke pintu hendak menyalakan lampu motorku yg aku parkir di teras untuk menerangi sementara. Belum selangkah aku beranjak, aku merasakan tubrukan dgn tubuh Yuni yg ternyata juga sudah berdiri hendak masuk ke dalam.

Tubrukan itu pelan saja sebenarnya, tapi krn terkejut Yuni jatuh tertelentang di sofa dgn kakinya menjuntai ke lantai. Aku pun kehilangan keseimbangan dan menindih tubuh Yuni. Untung siku kiriku masih sempat berjaga di sandaran sofa sehingga Yuni tidak tertindih seluruh berat tubuhku.

Aku rasakan tubuh hangat Yuni menempel di tubuhku. Tanpa sadar dan semuanya terjadi begitu tiba², aku peluk Yuni sambil kukecup keningnya dgn lembut. Yuni tidak bereaksi menolak, dia malah melingkarkan kedua lengannya ke leherku. Aku cium lembut pipi kiri Yuni, dia pun membalas mencium pipi kananku tak kalah lembutnya. Dalam gelap gulita itu, secara alami dan terjadi begitu saja, bibir kami saling bertemu.

Aku cium bibir Yuni dgn sangat lembut. Tidak ada penolakan dari Yuni, dia malah membalas mengulum bibirku. Bibir kami saling berpautan dan melepaskan kemesraan. Aku mulai berinisiatif menjulurkan lidahku dan membelai gigi seri Yuni. Yuni pun membuka mulutnya lebih lebar dan menjulurkan lidahnya saling beradu dgn lidahku. Kami terus berciuman dalam gelap. Petir yg me-nyambar² sudah tidak kami hiraukan lagi. Lidah Yuni yg masih menjulur ke mulutku aku kulum dgn mesra. Sesaat ganti Yuni yg mengulum lidahku.

Entah berapa lama kami saling menikmati ciuman mesra itu. Rasanya aku sangat ingin kejadian itu berlangsung selamanya. Perlahan aku alihkan sasaran ciumanku. Aku mulai menciumi bagian bawah dagu Yuni. Kemudian secara sangat perlahan ciumanku mengarah ke lehernya yg jenjang itu. Aku tidak bisa melihat reaksi Yuni karena gelap, yg aku rasakan hanya belaian lembut di rambutku. Belakang telinga kanan Yuni aku ciumi dgn mesra sambil sesekali aku gigit lembut daun telinganya. Yuni sedikit meronta kegelian.

Dia bereaksi dgn mendengus pelan di dekat telinga kananku. Hembusan nafasnya membuat aku kegelian. Lalu aku rasakan benda lembut yg hangat menggelitik lubang telingaku. Ternyata itu lidah Yuni. Sungguh geli rasanya tapi sangat menggairahkan. Bagi yg belum pernah mengalaminya sendiri tentu susah menggambarkannya. Kami masih saling menggelitik telinga dgn lidah.

Aku agak mengangkat tubuh sedikit ketika tangan Yuni aku rasakan mencari ruang untuk membuka kancing kemejaku. Dalam posisi sulit dan gelap seperti itu Yuni berhasil membuka dua kancing kemejaku yg paling atas. Dia agak merubah posisi sehingga kepalanya tepat berada di bawah dadaku yg sudah terbuka sebagian. Dgn lembut Yuni mulai menciumi dadaku. Tangannya sambil beraksi membuka semua kancing kemejaku. Sekarang dadaku sudah terbuka lebar tanpa terhalang kemeja yg masih aku pakai. Jari² lembut Yuni mulai menggerayangi punggungku. Bibirnya masih menciumi seluruh permukaan dadaku.

Aku agak meronta kegelian ketika kedua bibir Yuni mengulum puting kiriku. Aku belum pernah diperlakukan seperti ini oleh wanita manapun. Biasanya aku yg melakukan ini terhadap wanita. Sensasinya sungguh sulit di gambarkan. Birahiku mulai bangkit. Tangan kananku mulai meremas lembut payudara kiri Yuni dari luar kaosnya. Buah dada Yuni terasa sangat kenyal dan padat.
Yuni terus menciumi, menjilati dan mengulum kedua putingku, menghantarkan kegelian dan rangsangan ke seluruh tubuhku. Aku masih me-remas² buah dada Yuni. Waktu terus berlalu tanpa kami sadari.

Tiba² mata kami dibutakan oleh terang yg menerpa retina kami. Ternyata listrik telah hidup kembali. Secara reflek kami melepaskan diri satu sama lain. Sambil mengerjapkan mata aku berdiri dan melihat Yuni masih dalam posisi seperti tadi, telentang di sofa dgn kaki menjuntai di lantai. Yuni menatapku dgn penuh kemesraan, tatapan yg belum pernah aku lihat di mata Yuni ditujukan kepadaku. Untuk sesaat aku tak tahu harus berbuat apa.

"Di kamarku aja yuk Ben." Suara Yuni memecah kebuntuanku.

Yuni bangkit menutup pintu depan dan kami berjalan bergandengan tangan masuk kamar Yuni. Yuni mematikan lampu utama kamarnya lalu ke meja riasnya dan menghidupkan lampu kecil disana. Suasana jadi agak temaram dan makin syahdu.

Kali ini aku ambil inisiatif. Aku peluk Yuni dari depan, aku cium lembut bibirnya. Tanganku memeluk punggungnya. Dengan ibu jari dan jari tengah tangan kananku aku pegang kaitan BH Yuni dari luar kaosnya, dgn gerakan sedikit mengatup dan memelintir lepaslah kaitan BH Yuni. Sepertinya Yuni cukup terkesan dgn "keahlianku", dia makin mempererat pelukannya sambil mulut kami masih saling berpagut.

Dengan lembut tangan kiriku aku selipkan di balik tepi bawah kaos Yuni lalu aku raba punggungnya. Aku belai² punggung Yuni yg rata, aku nikmati kehalusan kulitnya yg seperti sutera itu. Yuni sedikit meronta sehingga aku melepaskan pelukanku. Kesempatan itu digunakannya untuk melepas kemejaku dgn kedua tangannya. Tak ku sia² peluang itu, aku pun menggamit tepi bawah kaos Yuni menariknya ke atas bersama dgn BH hitam yg sudah lepas kaitannya. Sedetik kemudian kami berdua sudah bertelanjang dada.

Apa yg aku lihat di hadapanku sungguh luar biasa. Sepasang payudara yg benar² indah bentuknya. Penerangan lampu yg redup makin memepertegas silhouette dari buah dada yg padat berisi. Putingnya yg kecil dan bulat menyembul di puncak bukit yg menantang itu. Harus aku akui bahwa sampai saat itu payudara Yuni adalah yg terindah yg pernah aku lihat. Ukurannya tidak terlalu besar meskipun tidak bisa dikatakan kecil. Tapi bentuknya sungguh luar biasa. Seperti sepasang mangkuk yg ditangkupkan di dada tanpa ada kesan melorot sedikit pun.

Rupanya Yuni sadar kalau aku sedang mengagumi payudaranya. Tanpa canggung dia menyangga buah dada kanannya dgn telapak kirinya sambil lengannya menyangga yg kakan. Dgn jari² yg menangkup di dekatkannya kedua bukit indahnya. Tangan kanannya terangkat diletakkan di belakang lehernya. Tubuhnya sedikit meliuk ke belakang. Gerakan ini makin mempertegas keindahan bentuk buah dadanya. Ditambah terpaan sinar lampu lembut dari arah samping, sungguh pemandangan yg tidak pernah aku lupakan sampai hari ini. Tanpa sepatah kata pun terucap dari mulut Yuni, tapi aku tahu dalam hati dia pasti berkata: "Nikmatilah pemandangan indah buah dadaku Ben."

Sebenarnya aku masih ingin terus menikmati pemandangan itu, tapi aku tahu aku harus mulai berbuat sesuatu. Aku duduk di tepi ranjang Yuni, aku tarik Yuni mendekat sehingga dadanya tepat ada di hadapanku. Aku ciumi buah dada Yuni secara bergantian. Kadang aku katupkan kedua bibirku di putingnya dan aku pelintir dgn gerakan bibirku ke kiri dan kanan. Yuni menggelinjang penuh kenikmatan. Tangannya me-remas² rambut di kepalaku. Dadanya semakin dibusungkan tanda dia menikmati apa yg aku lakukan.

Aku perhatikan ternyata Yuni bukan orang yg "ribut" kala bercinta. Mulutnya tidak bersuara apa² kecuali desahan lembut nafasnya yg semakin cepat.

"sssssshhhhh .... sssshhhhh .... ssssshhhhhh"

Kedua tanganku me-remas² kedua buah dada Yuni dan mulutku masih sibuk dgn putingnya. Liukan tubuh Yuni semakin menggila tanda rangsanganku semakin tak bisa ditahannya. Sambil masih mengulum putingnya, tanganku menggapai kancing celana pendeknya. Tanpa banyak kesulitan aku berhasil membuka kancing itu krn Yuni juga membantu dgn mengecilkan perutnya sehingga tugasku semakin mudah. Perlahan aku turunkan ritsleting celananya terus aku tarik ke bawah sampai celana pendek Yuni terlepas dan tersangkut di kedua lututnya.

Ternyata Yuni mengenakan CD model mini berwarna hitam, semakin mempertegas warna putih mulus paha dan perutnya. Aku raba lembut bagian depan CD nya, rasanya sudah sangat lembab dgn lendir yg pasti sudah membanjir di kemaluannya. Aku bukan type orang yg ter-buru². Masih dari luar CD nya, aku belai lembut bukit kecil yg menggelembung di dalamnya. Aku tekan² bagian tengahnya dgn jariku. Yuni semakin menggelinjang tanpa mengeluarkan suara apa pun. Hanya desah nafasnya semakin keras dan kuat.

"SSSSHHHHHH .... SSSSSSHHHHHHH .... SSHHHHHHHH ..."

Rupa²nya Yuni sudah tidak tahan lagi atas rangsanganku. Dengan kedua tangannya dia renggut CD nya, lalu dia pelorotkan bersama dengan celana pendeknya. Kedua kakinya melangkah bergantian melepaskan kain terakhir yg menutupi tubuh indahnya. Yuni sudah berdiri bugil di hadapanku. Dalam keremangan cahaya, aku lihat bukit kemaluan Yuni yg padat menggembung tanpa sehelai bulu pun disana! Satu lagi pemandangan nan indah yg belum pernah aku lihat sebelumnya.

Secara naluri, tanganku segera membelai lembut kewanitaan Yuni. Kemudian jari²ku mulai menggelitik sekitar lubang kemaluannya. Di sana sudah basah dgn lendir licin tanda Yuni sudah sangat terangsang. Sekali lagi aku tak mau ter-buru². Perlahan aku pegang mata kaki kiri Yuni dan aku bimbing untuk di naikkan ke tepi ranjang. Sekarang Yuni dalam posisi berdiri mengangkang dgn kaki kiri terangkat di tepi ranjang. Perlahan aku berlutut di hadapan Yuni. Dgn tangan kananku masih membelai kewanitaan Yuni, aku mulai menciumi bagian dalam paha kanan Yuni pelan² ke arah atas sampai ke selangkangannya.

Aku ulangi lagi dari mulai sekitar lutut terus ke atas sampai pangkal pahanya. Kadang² kulit paha Yuni yg mulus itu aku gigit lembut sehingga Yuni terjingkat kaget.

"Iiiiihh .... ssssshhhhhh .... sssssshhhhhh ..."

Tanganku masih terus membelai bukit kemaluannya sambil sedikit aku tekan dgn gerakan memutar. Yuni sudah menggelinjang tidak teratur. Kemudian aku ganti dgn pahanya yg kiri yg terangkat di tepi tempat tidur itu. Seluruh permukaan paha Yuni bagian dalam tak ada satu inci pun yg luput dari ciuman dan jilatanku.

"ssshhhhhh .... shhhhhh .... ssssssshhhhhhhhh ....."

Aku singkirkan tanganku dari kemaluan Yuni. Sekarang terlihat bibir bawah Yuni sudah merekah memperlihatkan liang kenikmatannya yg berwarna merah jambu itu. Aku dekatkan bibirku lalu aku mulai menciumi sekitar kemaluan Yuni. Baunya sungguh harum, bau sabun mandi yg dipakainya. Lidahku mulai menjalankan tugasnya. Lendir licin yg sudah menyelimuti sekitar liang senggama Yuni semakin mempermudah tugasku. Lidahku mulai menjulur masuk keluar lubang kewanitaannya sambil tanganku me-remas² pantatnya. Sesekali aku ganti variasi dgn menjilat dan mengulum klitoris Yuni yg terlihat membesar melebihi proporsinya. Desahan nafas Yuni semakin keras dan kadang berubah menjadi erangan. Goyangan tubuh Yuni semakin tak terkendali.

"SSSSHHHHHH ... SSSSSSSSSSHHHH .... GGGGGGHHHHHHH .... GGGGGHHHHHH ..."

Dari pengalamanku dgn berbagai wanita, aku tahu sudah saatnya melangkah ke jenjang selanjutnya. Aku tidak mau menyiksa Yuni lebih lama. Dgn gerakan tangan aku minta Yuni naik ke tempat tidurnya. Aku pun segera melepas celanaku. Batang kejantananku yg memang sudah berontak sedari tadi langsung bangkit berdiri. Aku lihat Yuni sudah telentang di tengah ranjang, kedua kakinya membuka lebar dan lututnya terangkat. Liang kenikmatannya terlihat mengkilap dengan lendir dan air liurku.

Aku segera naik ke ranjang. Sambil posisi merangkak aku bertumpu pada tangan kiriku dan kedua lututku. Tubuhku aku turunkan pelan² sampai batang kemaluanku persis di atas selangkangan Yuni. Dengan tangan kananku aku pegang batang penisku lalu dgn lembut kepalanya aku gosok² ke klitoris Yuni yg sudah membengkak itu. Yuni kembali mendesah dan mengerang.

"Sssssssshhhhh ... eeeeeeegggghhhh ... sssshhhhhhhh ..."

Aku tahu Yuni sudah mendekati klimaksnya. Dari pengalamanku dalam kondisi seperti ini, sedikit gesekan pada dinding liang senggama pasti akan memicu orgasme yg penuh kenikmatan. Dgn sangat perlahan aku dekatkan kepala penisku ke lubang kewanitaan Yuni dan aku turunkan tubuhku sehingga batang kejantananku mulai menerobos masuk organ kenikmatannya. Aku benamkan seluruh senjataku ke dalam gua Yuni yg sudah sangat basah itu. Kehangatan segera menyambut batang penisku. Perlahan aku pompa dgn gerakan naik turun yg teratur.

Tak sampai setengah menit aku rasakan tubuh Yuni mulai menegang. Pelukan tanggannya di punggungku semakin menguat. Aku memompa semakin cepat dan sesekali aku miringkan tubuhku sehingga kepala penisku semakin menggesek dinding liang senggama Yuni. Ternyata dugaanku tak keliru. Pertahanan Yuni ambrol saat itu juga, aku rasakan cairan hangat membasahi batang kemaluanku yg masih di dalam tubuh Yuni.

"Nikmati saja Yun ... terus Yun .. jangan ditahan .. nikmati Yun ...," aku bisikan dgn mesra di telinga Yuni.
'SSSSSsssssssssssssssshhhhhhhhhhhhhhhhh ...." Yuni menjawab dgn desahan panjang.

Batang penisku aku benamkan seluruhnya ke dalam lubang kenikmatan Yuni. Aku sudah berhenti memompa naik turun, sebagai gantinya pantatku aku putar beberapa kali. Aku bisa rasakan kepala penisku mengorek seluruh dinding liang kewanitaan Yuni. Mulut Yuni terbuka tanpa mengeluarkan suara apa pun. Matanya terpejam rapat dan tubuhnya menggigil hebat. Kami dalam kondisi demikian sampai beberapa saat.

Kemudian berangsur Yuni membuka matanya. Dari dekat dipandangnya aku, ada sedikit senyum tersungging di bibirnya yg manis itu. Di kecupnya pipi kiriku dgn mesra, di dekat telingaku dia berbisik,

"Ben ... sorry aku duluan ... ndak tahan aku Ben ... makasih .."

Saat itu juga aku rasakan kenikmatan bathin yg tak terperikan. Ungkapan kepuasan tulus dari Yuni merupakan kenikmatan bagi aku. Dan kenikmatan bathin ini memicu birahiku semakin kuat.
Aku cium mesra bibir Yuni dgn perasaan lega luar biasa.

"Kamu belum keluar ya Ben ... keluarin dong .... tapi jangan di dalam ya .."

Yuni tak perlu menjelaskan lebih lanjut, aku sangat mengerti kemana arah pembicaraannya. Pelan² aku cabut penisku yg semakin menegang dari tubuhnya. Tangan Yuni segera menyambutnya. dibelainya batang penisku dgn lembut. Pelan² mulai di kocoknya. Aku sudah berubah posisi. Aku berlutut sambil duduk dgn ringan di atas perut Yuni. Berat badanku aku topangkan di kedua lututku supaya tidak memberati Yuni.

Yuni terus mengocok lembut batang kejantananku. Aku makin terhanyut dalam permainan tangan Yuni. Aku bantu sedikit dengan memajumundurkan pantatku. Entah berapa lama kami dalam posisi ini. Klimaksku aku rasakan semakin mendekat. Nafasku semakin memburu, rupanya Yuni juga bukan orang awam dlm permaian seks. Dia bisa membaca tanda² seorang lelaki yg mau mencapai orgasme.

Tangannya membimbing batang penis ke arah lembah di antara kedua bukit dadanya. aku harus memajukan posisiku beberapa inci. Ketika batang penisku sudah tepat berada di tengah kedua buah dadanya, kedua tangan Yuni mengatupkan kedua bukitnya yg indah sehingga batang penisku terjepit. Aku tahu apa yg dikehendaki Yuni. Aku pun segera mengayun pantatku maju mundur. Batang kejantananku ter-gesek² kulit buah dada Yuni yg padat itu. Sensasi yg aku rasakan tak bisa digambarkan dgn kata². Yuni mengimbangi dgn remasan² dan himpitan pada kedua payudaranya.

Gerakan pantatku semakin kuat. Aku tahu dlm beberapa detik ke depan aku akan mengalami kenikmatan yg tiada taranya. Pantatku terus maju mundur. Penisku terus meng-gesek² buah dada Yuni. Mata Yuni terus memperhatikan kepala penisku yg hilang timbul dari antara himpitan buah dadanya. Mulut Yuni terbuka dan lidahnya sudah terjulur menanti air kenikmatanku. Akhirnya datang juga klimaksku.

"Aaaaaaaarrrrrrgggghhhh .... crotttt croooot crooot"

Air maniku menyembur kuat membasahi wajah Yuni, sebagian masuk ke dalam mulutnya yg memang menganga lebar, sebagian menetes di lidahnya yg masih terjulur dan sisanya meleleh di leher dan dada Yuni. Aku merasakan kenikmatan dan sensasi yg luar biasa. Dgn perlahan aku turun dari atas perut Yuni. Aku lihat Yuni sedang menjilati bibirnya membersihkan air maniku dgn lidahnya. Tampak beberapa kali Yuni menelan sesuatu. Matanya terpejam penuh kepuasan. Rupanya dia sangat senang bisa membahagiakan aku.

Aku kecup kening Yuni sambil aku berbaring di sisinya.

"Yun .... aku puas sekali ... makasih ..."

Yuni hanya membalas dgn pandangan mesra dan senyuman tersungging di bibirnya. Beberapa tetes air maniku masih menghisasi hidung dan pipi Yuni semakin menambah kecantikannya.
Kami masuk kamar mandi bersama dalam kondisi bugil. Kami saling membersihkan diri dgn air yg terasa sangat dingin dan sabun. Yuni dgn telaten dan lembut menggosokkan sabun ke seluruh tubuhku. Aku pun melakukan hal yg sama terhadap Yuni. Di bawah sinar terang lampu kamar mandi, aku semakin bisa menikmati tubuh putih mulus Yuni yg betul² indah. Putingnya yg sudah tak sekeras tadi ternyata berwarna coklat muda, lingkaran gelap yg biasa ada di sekitar puting wanita hampir tak terlihat karena sewarna dgn kulitnya yg putih. Mungkin inilah payudara terindah yg pernah aku jamah.

Kemaluan Yuni yg tidak ditumbuhi selembar rambut pun semakin terlihat menggairahkan dlm cahaya terang itu. Saat menggosok bagian ini dgn sabun sengaja aku agak ber-lama². Gairah kami kembali timbul di kamar mandi itu. Sayang hawa dan air mandi yg sangat dingin membuat kami mengurungkan niat untuk bercinta disitu. Kami segera membersihkan diri dan mengeringkan badan kami dgn handuk yg dibawa Yuni.

Dalam kamar Yuni kami mengenakan kembali pakaian kami. Aku dipinjami T-shirt longgar oleh Yuni.

"Pakai ini aja Ben ... bajumu kan sudah kotor dipakai seharian."

Yuni kembali mengenakan kaos ketatnya yg tadi, kali ini dia tdk memakai BH. Bentuk tubuhnya semakin tampak sempurna.

"Ben ... laper nih ... Yuni gorengin telur ya, kita makan bareng."

Tanpa menunggu persetujuanku Yuni sudah berkelebat keluar kamar. Aku segera menyusul Yuni ke dapur. Yuni menggoreng telur mata sapi sambil aku rangkul dan rambutnya aku ciumi. Kami duduk berhimpitan di satu kursi dan makan bersama dari satu piring. Kalau ingat kejadian itu aku suka tertawa sendiri. Abisnya mirip lagu dangdut "Sepiring Berdua". Kami saling suap, atau lebih tepatnya Yuni menyuapi aku. Suasananya sungguh romantis. Sesekali kami saling kecup di pipi.

Selesai makan kami duduk² di sofa sambil berdekapan. Kami saling ngobrol membicarakan pengalaman indah yg baru kami alami bersama. Dlm hal seks Yuni orangnya cukup terbuka, dia sama sekali tdk canggung membicarakan apa yg dia sukai saat bercinta. Rupanya kami sama² penikmat seks, bukan sekedar pelahap seks. Bagi kami seks bukan sekedar palampiasan birahi tapi lebih kepada sesuatu yg untuk dinikmati. Mungkin ada sekitar setengah jam kami ngobrol kemudian Yuni mengajak berbaring di kamarnya.

Kami meneruskan obrolan kami sambil berbaring berdampingan. Semuanya berjalan begitu alami dan apa adanya. Tanpa terasa kami sudah saling berpelukan dan berciuman. Sangat lembut dan mesra jauh dari gelora gejolak birahi. Tanpa kami sadari kami berdua sudah kembali telanjang bulat sambil masih berpelukan dan bercumbu.

Tubuh Yuni berbaring tengkurap, punggung dan pantatnya yg padat berisi dan mulus, membentuk bayangan yg sangat indah di temaram lampu kecil itu. Aku mulai menciumi punggung Yuni. Aku mulai dari tengkuknya, lidahku terus menari ke bawah menuju puncak bukit pantatnya. Begitu terus aku lakukan ber-ulang² sampai seluruh permukaan punggung dan pantat Yuni tak ada yg tak terjamah cimuanku. Sesekali aku gigit lembut bukit pantat Yuni yg merangsang itu.

"Sssssshhhh ...... shhhhhh ..... shhhhhh ..."

Desahan lembut Yuni mulai kembali terdengar. Tanpa teriakan dan lenguhan histeris justru menambah romantisnya suasana saat itu.

Kemudian aku agak merubah strategi. Kali ini aku ciumi betis belakang Yuni terus naik ke pantatnya. Ini aku lakukan ber-kali² di kedua kakinya. Desahan Yuni menjadi sedikit lebih kuat diiringi gerakan meronta manja.

Dgn dorongan lembut tanganku aku minta Yuni berbaring telentang. Aku kembali menciumi seluruh
tubuh Yuni kali ini dari depan. Mulai dari lehernya yg jenjang, turun ke dadanya, aku berhenti sejenak di kedua putingnya untuk melakukan hisapan lembut, terus turun lagi ke perutnya sampai daerah kemaluannya. Begitu seterusnya. di beberapa bagian Yuni tampak menggelinjang kegelian.

Aku berlutut di kasur di sisi kanan Yuni, jari kananku mulai aku gosok²kan ke organ kewanitaannya yg sudah mulai licin berlendir. Tangan kiriku mulai meraba dan meremas buah dada Yuni yg kembali sudah menegang. Yuni kembali menggelinjang penuh kenikmatan. Mulutnya sedikit terbuka dan desahan erotis kembali terdengar.

"Ssssshhh ... sssshhhhh ... ssshhhh ..."

Kemudian tangan kanan Yuni mulai me-raba² mencari batang kemaluanku yg juga sudah kaku. Dibelainya dgn lembut dan dikocoknya perlahan. Kedua tanganku masih aktif di kemaluan dan buah dadanya. Tangan Yuni menggamit pantatku dan menariknya ke dekat mukanya. Aku beringsut sedikit sehingga selangkanganku tepat di kanan wajah Yuni.

Mulut Yuni mendekat dan langsung mencium dan mengulum penisku. Perlahan dimasukkannya penisku ke dalam mulutnya sambil dihisapnya lembut. Kemudian dgn lidahnya yg lincah dia mulai menggelitik kepala penisku. Sudah banyak wanita yg pernah menghisap penisku dan masing² punya gaya tersendiri. Apa yg Yuni lakukan merupakan hal baru buatku. Entah bagaimana caranya, lidahnya bisa melakukan gerakan melingkari leher penisku. Dia laukkan terus menerus dan ber-ulang² sambil disedotnya lembut. Apa yg Yuni lakukan merupakan hal yg unik dan sensasinya sungguh luar biasa. Kepala dan leher penisku yg paling sensitif se-akan² berada dlm pusaran air yg berputar lambat² dan teratur.

"Yun ..... oh ... nikmat ... Yun ..."

Sementara itu aku pegang tangan kiri Yuni, aku arahkan jarinya yg lentik ke arah kemaluannya. Sambil aku pegang, aku bimbing jari kiri Yuni untuk meng-gosok² klitorisnya sendiri. Beberapa detik Yuni tampak mencoba menarik tangan kirinya, tapi setelah dia rasakan nikmatnya gesekan jarinya di klitorisnya akhirnya tanpa bimbingan lagi dia bisa menikmatinya sendiri. Tangan kananku sekarang bebas untuk meremas payudara Yuni dan memelintir putingnya.

Beberapa saat kami dalam posisi ini. Tangan kiri Yuni melakukan masturbasi di kemaluannya, tangan kanannya meremas lembut kantong bijiku dan mulutnya sibuk melayani penisku. Tangan kiriku mengelus rambut Yuni dan tangan kananku masih beraksi di buah dada Yuni kiri kanan bergantian. Tubuh Yuni aku rasakan semakin menegang, tandanya dia sudah siap untuk melangkah lebih jauh.

Aku cabut penisku dari mulut Yuni. Dia dgn enggan melepaskannya dari hisapannya. Aku bangkit berdiri dan mengambil dompet dari saku celanaku. Aku comot sebungkus kondom dari sana dan aku sobek bungkusnya. Aku lihat Yuni masih menikmati masturbasinya sendiri dia tidak begitu memperhatikan apa yg aku lakukan.

"Aku pakai ini ya Yun ..."

Yuni hanya mengangguk lemah sambil matanya sedikit terpejam menahan nikmat dari gesekan jarinya sendiri. Aku pakaikan kondom ke penisku yg sudah menegang sampai ukuran maksimalnya.

Dgn kedua tanganku aku balikkan badan Yuni sehingga dia sekarang telungkup. Jari² kirinya tak lepas dari klitorisnya, rupanya dia sangat menikmati itu. Perlahan aku angkat sedikit pantat Yuni sehingga dia di posisi agak nungging. Dari belakang dgn lembut aku arahkan penisku ke liang kewanitaannya. kemudian aku benamkan seluruh senjataku ke dalamnya. Perlahan aku turunkan badanku menindih punggung Yuni. Aku tekan selangkanganku ke pantat Yuni yg padat berisi itu. Dari balik karet kondom yg tipis aku bisa rasakan kepala penisku menyodok dinding liang senggama Yuni.

"Arrrghhhh ... shhh ... shhhh shhhhh ..."

Yuni sedikit mengerang, membuatku agak kaget krn ini pertama kali Yuni bersuara cukup keras selama kami bercinta.

"Sakit Yun?"

Aku lihat kepala Yuni yg sudah bertumpu d bantal menggeleng lemah sambil nafasnya kembali mendesah. Aku merasa lega, ternyata tadi erangan nikmat dari Yuni. Sekarang dgn lebih santai aku tindih punggung Yuni, Kepala Yuni menengok ke kanan, pipinya menempel pada bantal. Aku cium belakang telinga Yuni sambil aku gigit sedikit daun telinganya. Selangkanganku aku tempelkan ketat ke pantat Yuni dan aku diamkan seperti itu. Aku rasakan gosokan jari Yuni di klitorisnya semakin menguat dan cepat. Aku tahu Yuni sudah hampir mencapai klimaksnya. Dgn mesra aku bisikan di telinganya.

"Terus Yun ... nikmati Yun .... ndak usah tunggu aku ... jangan di tahan Yun .. nikmati saja .. semua ini untuk kamu Yun ..."

Yuni hanya menjawab dgn desahan

"Ssssshhh ... shhhhhh.... shhhhh ..."

Aku mulai menggerakkan pantatku maju mundur, otomatis batang kemaluanku pun bergerak menggesek dinding liang kenikmatan Yuni. Aku tahu pertahanan Yuni sudah hampir ambrol. Dugaanku tak keliru. Beberapa detik kemudian aku rasakan tubuh Yuni menegang, jarinya yg menggosok klitorisnya sendiri pun sudah diam seperti patung. Kedua kakinya mengatup keras, aku semakin membenamkan senjataku ke tubuh Yuni dan ....

"Ben! ... Ohhhhhhhh .... shhhh .... shhhhh .. shhhhh ..."

Karet kondom yg aku gunakan menghalangi aku untuk merasakan lendir Yuni yg meleleh dalam liang kemaluannya. Aku hanya merasakan otot Yuni semakin mencengkeram penisku dan ada rasa hangat di kemaluanku. Yuni sudah mencapai orgasmenya.

Aku masih terus diam, hanya menciumi balakang leher Yuni sambil sesekali menjilat telinga Yuni. Beberapa saat kemudian otot Yuni mulai melemas. Cengkeramannya di penisku sudah tidak terasa lagi.

"Nikmat ya Yun ..... "
"He eh .... Ben .... "

Aku mulai menggerakkan pantatku lagi. Kali ini gerakanku aku atur supaya tidak terlalu cepat. Tubuh Yuni mulai bereaksi, pantatnya digoyang memutar mengimbangi gerakanku. Jari Yuni pun kembali memainkan klitorisnya. Entah berapa lama kami dalam posisi ini.

Semakin lama gerakan kami semakin cepat. Pertahananku juga sudah mulai goyah. Kami semakin giat bergerak. Aku tahu Yuni juga sudah mau mendapat kenikmatannya yg kedua. Tubuhku semakin aku rapatkan ke punggung Yuni.

"Aku sudah hampir keluar Yun ... ayo Yun ... nikmati lagi ..."

Seperti biasa Yuni hanya menjawab dgn desahan yg menggiurkan

"SSSShhhh ...... ssshhhhhh .... sssshhhhhhh ..."

Namun jawaban itu sudah cukup buatku. Aku memacu selangkanganku semakin kuat dan cepat sampai akhirnya tanggulku jebol diterjang air kenikmatanku.

"Yun ... ahhhhh .. ahhhhh .. crooooot crooooot ..."

Tubuh Yuni kembali kaku seperti tadi, tubuhnya menggigil dan tiba² diam seperti arca dgn seluruh ototnya menegang.

"SSSSSSSSSSSSSSSSHHHHHHHHHHH .... SSSSSSSSSSSHHHHHHHHHHH ...."

Akhirnya kami mencapai puncak kebahagiaan ber-sama². Aku tunggu sampai tubuh Yuni kembali melemas barulah aku cabut penisku dgn pelan dan aku berbaring di sisi Yuni. Sedetik kemudian Yuni memelukku dan menghujani ciuman di seluruh wajahku.

"Ben .... Yuni betul² puas ... belum pernah Yuni merasakan yg seperti tadi .... makasih Ben .. makasih."

Dia kembali menciumi seluruh wajahku.

"Yun ... aku juga puas banget .... lahir bathin .... makasih Yun ..."

Sejujurnya aku benar² merasakan kenikmatan lahir bathin yg masih aku kenang sampai sekarang. Sejak itu hubunganku dgn Yuni jadi agak aneh. Kami rutin melakukan kegiatan seks dan mendaki puncak kenikmatan bersama tapi kami tak pernah menjadi kekasih, tetap menjadi teman baik. Bahkan di muka umum bergandengan tangan pun kami tak pernah. Mungkinkah ini apa yg sekarang disebut sebagai TTM, teman tapi mesra? Hubungan ini kami lakukan selama lebih dari setahun sampai kami sama² selesai kuliah dan aku kembali ke kota asalku dan Yuni menjalin percintaan dgn pria lain.

Yuni (atau siapa yg merasa sbg Yuni), kalau kamu membaca tulisan ini, ketahuilah bahwa aku masih tetap mengenang keindahan yg pernah kita jalani bersama.

The End